BERLOMBA – LOMBA MENJADI WALI ALLAH (31 AGUSTUS 2010)
Bulan Ramadhan sudah memasuki sepertiga akhir dimana Allah menjanjikan pembebasan api neraka bagi mereka yang mampu memanfaatkannya dengan baik. Tidakkah kita ingin lulus menjadi orang yang bertakwa pada allah dan ketakwaannya tersebut terus melekat tanpa terusik oleh gangguan apapun di dunia?? Sesungguhnya orang yang mampu mencapai ketakwaan seperti itu digolongkan sebagai waliyullah atau wali Allah.
Dalam suatu hadist disebutkan, Dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Swt telah berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku), sungguh Aku telah menyatakan perang terhadapnya, dan tidaklah seseorang bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang telah Aku fardhukan. Dan tidaklah seseorang hamba terus menerus bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku telah mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar dan penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat dan tangannya yang ia gunakan untuk berjuang dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku pasti Aku memberinya perlindungan.” (HR. Imam Bukhari)
Betapa bahagianya menjadi seorang wali Allah, ketika dengan jelas-jelas Allah menyatakan perang pada orang-orang yang memusuhinya, berjanji menjadi sekaligus pendengarannya, pengelihatannya, tangan dan kakinya dan memastikan perlindungan serta kecukupan apapun yang diinginkannya.
Seorang wali Allah adalah orang yang dicintai oleh Allah, dan untuk mendapatkan cinta Allah tidak ada hal yang lebih disukai Allah selain menekuni ibadah-ibadah fardhu yang telah digariskan. Tentunya beribadah yang sesuai dengan syariat-nya dan meluruskan niat dengan benar, bukan untuk mencari penilaian dari mahluk tetapi semata-mata untuk mendekatkan diri pada cinta Allah. Selain dengan ibadah fardhu, tambahkan pula ibadah-ibadah sunnah seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Kedua hal tersebut jika mampu kita lakukan dengan niat yang lurus akan membawa kita pada kecintaan pada Allah dan Rasul dan sekaligus mendapatkan cinta Allah dan Rasul seperti yang kita dambakan.
Jangan pernah lelah berjuang mendekat kepada Allah karena bukankah Allah berjanji ketika kita mendekat sejengkal, Allah akan mendekat sedepa....ketika kita mendekat sedepa, Allah bergerak mendekat sehasta. Dan pada saat kita berjalan mendekat, Allah mendekati kita dengan berlari. Semoga bulan Ramadhan yang telah mencapai 10 hari terakhir ini dapat menjadi momentum kita menyediakan waktu secara khusus untuk memperdekat diri kita pada Allah.
Wallahualam bishawab
Menjaga Keistiqomahan Setelah Bulan Ramadhan (30 Agustus 2010)
Bulan Ramadhan adalah syahrul riyadhoh atau bulan latihan. Target dalam bulan Ramadhan ini menjadi orang-orang yang bertakwa. Seandainya kita mengikuti pelatihan, maka berharap akan ada ilmu dan perubahan setelah mengikuti pelatihan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan ini, berharap tidak hanya ilmu namun keimanan kita juga meningkat. Ilmu dan keimanan yang meningkat seiring juga dengan amalan yang meningkat. Rasulullah SAW berpesan dalam hadist nya:
“Amal yang paling disenangi oleh Allah, ialah amal yang terus-menerus dikerjakan, walaupun sedikit” (Bukhori dan Muslim)
Hadist tersebut harus dimaknai secara mendalam dan menyeluruh tidak bisa sebagian. Inilah yang disebut dengan ISTIQOMAH. Istiqomah diartikan sebagai peningkatan bukan stagnan. Menurut Usman Bin Affan, istiqomah adalah ikhlash dan terus meningkat dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menjaga amaliah kita setelah bulan Ramadhan?? Ada lima hal yang menjadi pegangan kita agar istiqomah, yaitu:
1. Mu’ahadah, yaitu dengan mengingat janji kita kepada Allah SWT seperti dalam Q.S Al-A’raf (7) ayat 172 yang berbunyi:
“Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya): “Bukankah Aku tuhan kamu?” Mereka semua menjawab: “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi”. Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: “Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini”.
2. Mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh dalam melakukan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Setiap amalan yang kita lakukan hendaknya bersungguh-sungguh dalam meninggikan kalimat Allah.
3. Muhasabah, yaitu menghitung atau mengevaluasi diri dengan apa yang telah dilakukan dan apa yang perlu ditingkatkan di hari esok.
4. Mu’aqobah, yaitu berani memberi sanksi terhadap diri sendiri. Inilah fungsi dari riyadhoh bahwa kita tidak bisa mengabaikan saja amalan yang kita lakukan.
5. Muraqobah, yaitu mengupayakan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan lima hal di atas, semoga keistiqomahan kita, khususnya amaliyah Ramadhan, dapat terus terjaga di sebelas bulan berikutnya.
Menyikapi dengan Bijak Kejadian yang Dijanjikan Tidak Pernah Sia-Sia (29 Agustus 2010)
Dalam hidup tidak ada satu pun “kebetulan” sebab seluruh kejadian, sekecil apapun itu, terjadi dengan izin Allah. Setiap kejadian pastilah sarat ilmu dan hikmah karena Allah Maha Sempurna dalam perancangan, pengaturan, dan pengurusan suatu kejadian. Lihat saja tubuh kita yang rumit ini, semua diatur dengan sangat sempurna oleh Allah.
Lalu apa yang harus kita lakukan atas kejadian? Selayaknya, setiap kejadian menjadi bahan tafakur kita. Mari bertanya pelajaran apa yang bisa kita ambil? Hikmah apa yang tersembunyi? Ladang amal apa yang sebenarnya dimaksudkan Allah melalui kejadian itu? Kadang kala kita sulit untuk membaca makna sebuah kejadian dan itu terjadi disebabkan oleh hijab karena dosa-dosa kita sendiri.
Semakin banyak kita bertaubat, hati kita akan menjadi lebih bersih dan hasilnya juga menjadi lebih peka. Hati yang peka karena bersih mudah untuk membaca banyak hal termasuk hikmah kejadian yang dapat terbaca secara multidimensional. Semakin bersih hati, semakin bisa melihat hal-hal besar makna setiap kejadian termasuk yang tersirat dalam AlQuran dan Hadist.
Jadi, tidak ada kejadian yang berbahaya. Yang membahayakan adalah sikap yang salah atas suatu kejadian. Marilah kita tidak tergesa-gesa sakit hati, jengkel, kecewa, dan marah jika ada kejadian yang tidak cocok menurut kita sebelum kita benar-benar tafakur untuk membaca strategi dan maksud Allah atas kejadian itu. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa maksud, jadi tidak ada kejadian yang sia-sia.
Wallahualam bishawab
Periksa Diri di Ramadhan yang Hampir Berakhir (28 Agustus 2010)
Sudah hampir 20 hari Allah menjamu kita di bulan yang mulia ini. Artinya Ramadhan hampir berakhir dan tidak ada jaminan kita bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Saatnya lah kita memeriksa diri. Mengevaluasi bagaimana semangat ibadah dan amal shaleh kita di bulan suci ini?
Mari periksa bagaimana bacaan AlQuran kita yang merupakan sumber langsung dari Allah untuk kesuksesan dunia akhirat kita? Bulan Ramadhan adalah waktu yang pas untuk mengakrabkan diri dengan Allah melalui Kitabullah. Kita evaluasi apakah bacaan kita semakin banyak? Bagaimana kualitas bacaannya? Apakah tilawahnya diikuti dengan tadabbur (usaha memahami isinya)? Dan apakah kita sudah benar-benar serius mengamalkan isi AlQuran dan menjadikannya petunjuk dalam hidup?
Kita juga harus evaluasi shalat kita. Mari kita belajar shalat dengan bacaan terindah, gerakan terjaga, dan pemahaman bacaan terbaik. Periksa apakah kita sudah memanfaatkan malam-malam penuh berkah yang diberikan Allah untuk memperbanyak sujud, munajat, dan taubat? Atau justru kita memilih mengisinya dengan tidur atau kegiatan sia-sia yang lain...
Lihat bagaimana sedekah kita.. Apakah kita semakin ringan mengeluarkan harta yang hakikatnya bukan milik kita melainkan titipan Allah? Atau sebaliknya kita malah semakin pelit, hitung-hitungan, dan takut miskin? Naudzubillah
Periksa pula bagaimana kecintaan dan kerinduan kita terhadap Rumah Allah..Apakah di bulan Ramadhan kita semakin gemar dan memakmurkan mesjid ?
Marilah kita bertafakur lebih banyak karena Ramadhan adalah fasilitas dn karunia tak ternilai yang diberikan Allah pada manusia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita berusaha melakukan apa yang Allah sukai dan yang Allah inginkan. Berhati-hatilah karena meremehkan Ramadhan adalah bentuk kesombongan kita sebagai hamba dan penghinaan terhadap jamuan Allah sedangkan kita tidak mampu hidup tanpa pertolonganNya.
Wallahualam Bishawab
Tausiyah Perjalanan Umrah (27 Agustus 2010)
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS An Nahl:53)
Sesungguhnya perjalanan umroh kita ini terjadi karena nikmat dari Allah. Yang menjadikan kita manusia adalah Allah. Yang memberikan kita hidayah Islam adalah Allah. Yang memberikan taufik untuk berumroh adalah Allah. Yang memberikan kita kesehatan, keselamatan dalam perjalanan, dan ongkos perjalanan adalah Allah.
Lalu jamaah umroh ini membawa apa? Dosa. Mungkin karena saking banyaknya dosa-dosa kita maka Allah memberikan kesempatan umroh agar kita bertobat. Oleh karena itu, dalam perjalanan umroh ini minta ampunlah dan bertaubatlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Kita harus meminta ampunan karena selama ini telah mengaku-akui segala titipan Allah. Tidak boleh kita merasa hebat lantaran harta dan jabatan, karena sesungguhnya itu semua titipan Allah.
Di balik semua ketakaburan kita, Allah tau siapa diri kita sebenarnya. Di balik setiap jabatan, Allah tau siapa hamba-hambanya yang ujub dan riya dengan jabatannya itu. Semoga pakaian ihrom ini membuat kita sadar, betapa sering kita ujub dan riya atas sesuatu yang bukan milik kita. Dan betapa sering kita menyebar fitnah, menyimpan dengki dan berbagai aib lainnya.
Bagi pendengar yang ingin diundang ke tanah suci, jangan pernah berputus asa meminta pertolongan Allah. Hanya Allah lah pemilik segala kejadian dan penentu takdir.
Komitmen terhadap Al Qur'an (26 Agustus 2010)
Setiap umat muslim pada malam 17 ramadhan pasti memperingati Nuzulul Qur’an. Malam Nuzulul Qur’an adalah malam dimana pertama kalinya Al Qur’an turun, yaitu ketika nabi Muhammad berada di Jabal Nur, malaikat jibril menyampaikan wahyu dari Allah, yaitu Surat Al Alaq ayat 1-5. Kemudian setelah mendapat wahyu tersebut nabi bercerita kepada istrinya Siti Khadijah , dan beliau mempercayai suaminya. Meskipun warga sekitar menganggap rasul gila, tetapi istri dan para sahabat tetap memberikan dukungannya dan semakin beriman pada Allah.
Singkat cerita, untuk menghadapi sikap masyarakat arab yang mencemooh Rasul, kemudian Allah menurunkan wahyu dengan surat Al Qalam, selanjutnya surat Al Muzammil, dan seterusnya sampai dengan wahyu Allah yang terakhir, yaitu Q.S AL Maidah ayat 3 “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” Dan ayat tersebut membuat salah satu sahabat menangis, karena dengan turunnya ayat tersebut berarti tidak lama lagi Rasulullah akan berpulang pada Allah.
Tidak lama berselang kurang lebih 80 hari, Nabi wafat. Kemudian untuk menjaga wasiat rasul yang terakhir ini, seluruh ayatnya dikumpulkan, ditulis kembali, dan untuk disusun secara sistematis mengikuti cara rasul. Rasul membaca Al Qur'an bukan dari surat pertama turun (Q.S Al Alaq), tetapi dimulai dari Al Fatihah kemudian surat Al Baqoroh, dan seterusnya, sama seperti susunan Al quran sampai sekarang.
Al Qur'an adalah kekayaan yang sangat berharga umat Islam. Al Qur'an sebagai pedoman hidup umat Nabi Muhammad. Maka sebagai mulim harus memiliki komitmen dengan Al Qur'an. Terdapat 4 bentuk komitmen terhadap AL Quran, yaitu:
1. Wajib mengimani bahwa Al Quran adalah wahyu Allah
2. Wajib mengamalkan sebagai pedoman hidup
3. Wajib mengkaji , mendalami, dan mentadaburi Al Quran
4. Wajib mendakwahkan Al Quran.
Di bulan ramadhan yang merupakan bulan Al Quran ini, mari kita bangun separuh ramadhan yang tersisa ini dengan semangat tiada hari tanpa Al Quran.
Kekuatan Sedekah yang Ikhlas (25 Agustus 2010)
Ramadhan telah memasuki pertengahan. Di sepuluh hari kedua ini, mari kita semua meningkatkan fokus kita atas ibadah-ibadah yang kita perjuangkan, mulai dari puasa, shalat, sedekah, juga tilawah Quran. Kita tingkatkan fokus agar ibadah yang kita lakukan benar-benar ikhlas, semata-mata untuk mengejar ridha Allah SWT.
Berikut sebuah kisah tentang zakat yang dilakukan semata-mata untuk keridhaan Allah ...
Ada seorang shaleh di masa tabi'in dulu yang sedang melakukan perjalanan. Dalam perjalanan itu, dia berniat membagikan zakatnya kepada orang-orang yang berhak (mustahik) yang ditemuinya. Maka bertemulah dia dengan orang pertama, seorang gelandangan yang tampak lusuh tidak terurus. Diberikanlah sebagian zakat tersebut untuk gelandangan tersebut. Tak lama kemudian, dia bertemu dengan orang kedua, seorang wanita yang juga tampak seperti gelandangan, lusuh dalam keadaan kepayahan. Derikanlah sebagian zakat itu untuknya. Tak lama kemudian, dia bertemu lagi dengan orang ketiga, seorang musafir yang tersesat, kebingungan jalan dan tampak kehabisan bekal. Maka diberikanlah sebagian zakat untuknya.
Tak berapa lama, ada seorang yang memberitahu orang shaleh tersebut, bahwa zakatnya salah sasaran. Orang pertama tadi sebenarnya adalah seorang pembunuh, orang kedua adalah seorang pezina, dan orang ketiga adalah seorang kaya yang bakhil. Mengetahui hal tersebut, si orang shaleh merasa menyesal, tetapi tidak berbuat apa-apa karena zakat itu telah tersalurkan, hanya kepada Allah sajalah dia menyerahkan segalanya, karena Allah Maha Tahu segala niat dan isi hati, dan Allah pula-lah yang menguasai kejadian.
Singkat cerita, keajaiban terjadi. Ketiga orang yang tadi menerima merasakan gejolak dalam hatinya. Si pembunuh tersentuh, ternyata masih ada kasih sayang orang lain yang bisa dia rasakan. Si pezina merasa kebaikan yang ternyata tidak pandang bulu. Lalu si bakhil malu dengan kekikirannya selama ini. Mereka pun bertaubat ...
Subhanallah. Ternyata benar, sedekah yang penuh ikhlas semata untuk keridhaan Allah tidak hanya membersih harta dan jiwa orang yang memberikan, tetapi juga dapat tembus jiwa orang yang menerimanya sehingga turut pula menjadi bersih ...
Amalan-amalan Kecil Berkualitas Membentuk Amalan Besar Berkualitas (24 Agustus 2010)
Layaknya sebuah bangunan dibangun secara bertahap dimana rangkaian besar dari bangunan tersebut dibangun dari rangkaian-rangkaian kecil berupa batu bata, semen, pasirdan sebagainya. Begitu pula dengan amalan kita. Amalan yang besar adalah kumpulan dari amalan-amalan kecil. Oleh karena itu, kalau kita ingin berbuat yang besar dan berkualitas, maka biasakan untuk berbuat dari hal-hal yang kecil berkualitas. Begitu pentingnya hal-hal yang kecil, contohnya sebuah kapal besarulang alik dapat hancur dikarenakan ada komponen kecil yang rusak di dalamnya. Oleh karena itu jadikan Ramadhan ini sukses memanfaatkan jam demi jam yang berkualitas, menit demi menit yang berkualitas, dan tiap saat berkualitas.
Amalanyang berkualitas memiliki 2 ciri yaitu niat yang lurus dan cara yang benar. Lakukanlahyang sanggup kita lakukan denganberkualitas. Meskipun hal kecil, namun dilakukan setiap saat maka akan menjadisesuatu besar yang berkualitas. Nikmatilah amalan-amalan kecil, carilahkebaikan demi kebaikan, jangan merasa rugi untuk menolong orang karenasesungguhnya itu adalah peluang amalan kecil yang berkualitas.
Salah satu amalan baik yang disampaikan Rasulullah SAW setelah birrul walidain adalah sholat tepat waktu. Menjaga waktu sholat adalah hal yang sederhana namun sulit untuk dilakukan. Kalau kita mau menjadikan diri kita berkualitas, maka jagalah amalan-amalan kita yang berkualitas. Sesungguhnya banyak sekali peluang untukberamal, namun tergantung bagaimana kita melihat peluang itu.
Bulan Ramadhan ini perkayalah kita tidak hanya dengan ibadah, tetapi juga dengan akhlakul karimah. Akhlakul karimah merupakan kumpulan dari akhlah-akhlak yang benar,rapi, dan teratur. Dekati Allah dengan menyusun dari hal-hal yang kecil. Semoga Ramadhan ini dapat mengubah kita menjadi pribadi yang senang berbuat kebaikan sekecil apapun karena sesungguhnya Allah tidak melihat dari kecil besarnya amalan seseorang seperti dalam Q.S Al-Zalzalah (99) ayat 7-8 berikut:
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia aka nmelihat (balasan) nya pula"
Warna Warni Kehidupan (23 Agustus 2010)
Pencaindera penglihatan kita tentunya senang memandang sesuatu yang berwarna warni, begitu juga dengan hidup yang dibuat oleh Allah dengan berbagai warna. Kadang kala senang, sedih, bangga, sakit, pertemuan, kehilangan, masalah, dan kebahagiaan yang datang dan pergi silih beganti, kesemuanya itu merupakan warna warni kehidupan yang diciptakan Allah agar hidup lebih berwarna.
Sesungguhnya apapun masalah itu, sehat ataupun sakit bukan menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi setiap warna yang sedang kita alami. Allah yang menciptakan sehat dan sakit, jadi semua sama saja. Akankah kita dipuji ataupun dicaci juga sama saja, apabila ketika kita dicaci bersyukur dan ketika dipuji juga bersyukur, bahwa sesungguhnya segala puji hanya milik-Nya, semua milik Allah, dari Allah dan akan kembali pada Allah. Pada kondisi seburuk apapun tidak akan ada ruginya bagi orang beriman.
Jangan risaukan warna-warni takdir, tapi risaukanlah dalam menyikapi takdir. Kita harus siap dengan aneka warna kehidupan, harus disadari tidak harus semua yang kita inginkan dapat tercapai. Tentunya niat yang baik dan ikhtiar yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik. Salah satu kunci untuk menghadapi ketentuan Allah adalah dengan bersikap tenang. Sesungguhnya orang yang paling beruntung adalah apabila yang menginginkan sesuatu dan Allah telah menakdirkan hal tersebut padanya.
Warna warni hidup akan bergulir terus, tetap dijalani saja. Sakit, susah, senang, kehilangan, bangga, sedih, dicaci, dipuji, dsb, yakini bahwa semuanya adalah karunia Allah, tidak ada satupun musibah yang menimpa di bumi ini tanpa izin-Nya. Mari kita hadapi hidup ini lebih baik baik dan terus cari hikmahnya.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri". QS. al-Hadid (57) : 22-23
Nikmat Terbesar = Raga yang Patuh + Hati yang Yakin = Kebahagiaan (22 Agustus 2010)
Tausyiah pagi ini disampaikan Aa'Gym dari mesjid Cheng Ho di Surabaya. Sesuai dengan namanya mesjid ini memang mayoritas diisi jemaah keturunan tionghoa yang sudah memeluk agama Islam. Sedikit menengok sejarah, Laksamana Cheng Ho adalah seorang pelaut besar di cina. Beliau adalah muslim yang taat dan sangat dipercaya oleh kaisar cina yang berkuasa pada saat itu. Armada yang dipimpinnya sangat besar, terdiri dari paling tidak kapal besar dengan anak buah kapal tidak kurang dari 28,000 orang.Dalam perjalanan keliling dunianya beliau mampir ke tanah Indonesia, namun bukan untuk menjajah melainkan untuk menyambung silaturrahmi dengan para muslim diIndonesia.
Umumnya keturunan tionghoa bukan beragama islam sejak lahir, dan jika terbentuk komunitas muslim biasanya karena proses pembelajaran dan pencarian hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi muallaf. Kemuliaan kita di mata Allah bukanlah dari lamanya kita memeluk Islam,namun dari tingkat ketakwaan kita kepada Allah
Hati yang yakin pada Allah dan Lahir yang patuh terhadap Allah adalah kunci dari bahagia kehidupan kita.Bagaimana untuk mencapai hati yakin dan lahiriah yang patuh tersebut? Dengan memperbaiki kualitas kita sebagai seorang muslim yang juga mukmin seperti yang terpapar dalam rukun islam dan rukun iman.
Periksa dan nilai dengan jujur,apakah syahadat kita masih sekedar di mulut atau sudah dibuktikan dengan ibadah shalat dan berpuasa yang baik. Sudahkah kita menunaikan zakat dengan ikhlas....dan seberapa besar keinginan, tekad serta kepercayaan kita untuk dapat beribadah haji ke tanah suci.
Demikian pula dengan kualitas keimanan. Bagaimana kadar tingkatan keimanan kita. Apakah kita yakin karena keilmuan saja, atau yakin semata-mata karena sudah pernah melihatnya, atau kita sudah yakin seutuhnya karena percaya pada Allah.
Semoga dengan jujur menilai kualitas keislaman dan keimanan kita, kita akan dengan serius terus memperbaiki diri demi mendapatkan hidup bahagia karena hati kita yakin dan raga lahiriah kita patuh hanya kepada Allah.
Menjaga Ikhlas (21 Agustus 2010)
Mari kita perhatikan lebih seksama apa yang terjadi pada saat kita bersedekah. Kita memberikan sebagian rizki yang merupakan karunia dari Allah, penerima sedekah disediakan takdirnya oleh Allah agar dipertemukan dengan kita, dan keinginan untuk bersedekah dihujamkan oleh Allah dalam hati kita.Jadi apa sebenarnya peran kita karena sesungguhnya perbuatan baik tersebut murni merupakan karya Allah??? Pada saat kita berbuat baik, sesungguhnya tugas kita hanyalah satu, yaitu MENJAGA IKHLAS.
Kadang kita terjebak pada rasa narsis dan ingin mendapatkan pengakuan dari mahluk lain. Padahal salah satu ciri diri kita kurang bersungguh- sungguh tulus karena Allah adalah 'butuhnya'pengakuan akan kebaikan-kebaikan, jasa, amal-amal, perubahan diri, dari orang lain. Senang menyebut-nyebut, menceritakan dan menyebarkannya, demi pengakuan orang.
Sebaiknya kita tidak sibuk mencari pengakuan orang lain, namun lebih sibuk berusaha mendapatkan penerimaan terhadap kebaikan yang kita lakukan dari Allah. Contoh paling nyata seseorangyang seluruh hidupnya diperuntukan untuk mencari pengakuan dan ridha Allah adalah Rasulullah. Meskipun ditempa penghinaan yang luar biasa dalam hidupnyanamun tidak sedikitpun mengurangi kemuliaan beliau. Karena beliau sangat kuat menjaga amalnya hanya untuk Allah, maka Allah memberikan kemuliaan yang tidaktergoyahkan oleh apapun. Rasul menjadi pribadi yang sangat efektif prilakunya,super bertenaga lisannya dan sikapnya selalu menggugah orang lain untuk berbuat lebih baik.
Sesungguhnya barang siapa yg benar2 murni tulus pasti tak akan membutuhkan pengakuan/ penilaian apapun dari selain Allah.Bila kita puas hanya dg penilaian Allah, niscaya akan sangat tentram hatinya
Menjadi Manusia yang Merdeka (20 Agustus 2010)
Indonesia telah merdeka selama 65 tahun, tetapi marilah kitainstropeksi diri, apakah kita telah menjadi pribadi-pribadi yang merdeka? Benarkah manusia-manusia bangsa ini telah merdeka dari segala bentuk penjajahan?
Rupa-rupanya bentuk penjajahan di abad modern ini memiliki bentuk yang lain. Siapa penjajah kita saat ini? Yang paling utama adalah hubbuddunya(cinta dunia). Masyarakat yang hubbuddunya akan diperbudak oleh harta. Seseorangyang diperbudak oleh harta maka seluruh hidupnya akan dihabiskan untuk mengejar harta dan uang. Padahal, tidak ada satupun manusia yang dimasukkan ke liang lahat dengan membawa uang.
Wujud penjajah yang kedua di jaman ini adalah mode. Betapa banyak manusia yang diperbudak oleh mode. Mereka-mereka ini dikenal sebagai korban mode. Manusia yang diperbudak oleh mode terobsesi mengikuti mode agar mendapatkan pujian orang, ingin dianggap gaya, dan sebagainya. Dia tidak peduli meskipun hal tersebut akan mengorbankan nilai-nilai yang seharusnya dipegang oleh seorang muslim.
Rumus agar kita menjadi orang yang merdeka adalah merdekakan diri dari penilaian makhluk. Caranya antara lain:
1. Kalau berbuat kebaikan jangan sengajadi pertontonkan, jangan ingin diketahui orang.
Diam-diam saja ketika kita beramal sholeh, belajarlah merahasiakan amal baik. Amal yang disebut-sebut akan menimbulkan tiga dampak negatif. Yaitu, bisa menjadikan kita riya, menyakiti hati orang yang menerima amal baik kita, serta menyebabkan orang-orang di sekitar kita menjadi dengki, sebel karena kita menyebut-nyebut amal baik kita.
2. Jangan ingin dilihat orang lain.
Ciri-ciri orang yang tidak ikhlas adalah berbeda dalam mengerjakan amal, ketika ada orang dan ketika tidak ada orang.
3. Jangan ingin dipuji, jangan takut dicaci
Apapun yang akan kita lakukan, asal benar di mata Allah maka lakukanlah. Hanya keridhoan Allah lah yang berarti buat kita.
4. Jangan ingin dihargai
Perlukah kita mendapatkan penghargaan sebagai siswa teladan? Tidak, yang perlu adalah kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Perlukah kita mendapatkan ranking satu? Tidak, yang kita perlukan adalah belajar, karena kita menganggap belajar adalah pekerjaan yang Allah cintai. Dengan belajar kita menjadi pintar. Ranking satu itu hanya bonus, jadi jangan jadikan sebagai tujuan ataupun motivasi.
5. Jangan mengharapkan balas budi.
Kita melakukan amal baik kepada orang lain, kemudian kita ingin mendapatkan balas budi dari orang tersebut. Jika Allah tidak mengijinkan, maka tidak akan terjadi. Semuanya ada dalam genggaman Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar