Salah seorang teman pernah bercerita tentang kehidupannya. Dia mengizinkan saya untuk menceritakan pengalamannya tersebut dalam buku ini. Sebut saja namanya Fulan. Sehari-hari dia bekerja sebagai karyawan “kelas bawah” di sebuah perusahaan swasta. Gajinya pun tentu gaji karyawan kelas bawah. Ketika dia mulai masuk kerja, sekitar tahun 2003-an, perusahaan tempatnya bekerja memberikan gaji 300 ribu rupiah per bulan. Jumlah ini terbilang sangat kecil, apalagi untuk ukuran kota besar, bahkan di bawah standar UMR. Setelah satu tahun bekerja, gajinya naik menjadi 600 ribu, kemudian naik lagi menjadi 900 ribu. Gaji terakhir yang dia terima—setelah bekerja tiga tahun—adalah 1.100.000 per bulan.
Ketika itu, dia masih berstatus sebagai bujangan. Jadi, gaji sejumlah itu masih cukup untuk menopang kehidupannya selama satu bulan. Bahkan, dengan uang sejumlah itu dia masih bisa menabung, membantu orang tua dan saudara-saudaranya, bahkan memberi pinjaman kepada teman-temannya yang membutuhkan tanpa harus ngirit untuk makan dan membeli kebutuhan pribadinya. Memang, Fulan adalah tipe orang yang berusaha untuk menghindari aneka utang sehingga sebagian besar uang gajinya bisa dibawa pulang. Dia terlihat sangat menikmati hidup, selalu ceria, dan jarang mengeluh, termasuk mengeluhkan penghasilannya. Dapat dikatakan, dia adalah salah seorang teman yang paling bahagia hidupnya. Padahal, kalau dikalkulasikan, kebutuhan bulanan Fulan bisa mencapai 1,5 sampai dua juta rupiah, termasuk untuk membantu orang tuanya.
Dari mana dia mendapatkan uang tambahan? Apakah dia punya kerja sampingan? Ternyata tidak. Jangankan untuk mencari kerja sampingan, untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor saja terkadang dia harus lembur hingga larut malam. Lalu, bagaimana dia bisa memenuhi segala kebutuhannya bahkan bisa memberi? Kepada saya dia mengatakan kalau kuncinya bukan dari kerja sampingan, akan tetapi dari keistikamahannya dalam bersedekah. Setiap pagi setelah shalat Subuh, dia senantiasa mengisi kencleng infak yang ada di kamarnya. “Tidak tentu sih jumlahnya, kadang seribu, kadang dua ribu, kadang pula lima atau sepuluh ribu. Ya minimal seribulah setiap hari,” ujarnya.
Dalam setiap bulan, tidak kurang dari 40-50 ribu berhasil dia kumpulkan dari kencleng tersebut, bahkan jumlahnya pernah mencapai 100 ribu rupiah. Dikemanakan uang hasil kencleng itu? Dia menyedekahkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Jika ada tetangganya sakit, dia akan menengok dan memberikan uang tersebut untuk berobat atau membelikannya makanan. Terkadang dia memberikannya ke masjid, lembaga zakat, atau kepada sanak saudaranya yang tengah kesulitan.
“Ya, saya merasakan efek yang luar biasa dari membiasakan diri bersedekah setiap pagi hari. Ada banyak kemudahan dan kebaikan yang saya dapatkan. Walau gaji bulanan terbilang kecil, alhamdulillah Allah Swt. selalu memberikan kecukupan pada saya. Ada saja rezeki yang tidak disangka-sangka yang datang menghampiri. Yang lebih penting dari itu, harta pun menjadi berkah. Hidup terasa lebih tenang, lebih bahagia, lebih banyak saudara, dan lebih mudah untuk taat kepada Allah Swt.,” ungkap Fulan mantap.
Keistikamahan Fulan untuk bersedekah setiap pagi tidak hanya dilakukan ketika sedang dalam keadaan lapang. Saat sedang sempit pun dia senantiasa menjaga amal andalannya itu walau hanya lima ratus rupiah setiap pagi.
Efeknya luar biasa. Ketika dia harus keluar dari pekerjaan karena terkena PHK, kemudahan dari Allah Swt. senantiasa menghampirinya. Saat hendak menikah, misalnya, dan saat berasamaan berada dalam kondisi jobless dan tidak punya penghasilan, uang yang dimilikinya nol rupiah, dia masih bisa tenang dan yakin bahwa Allah Swt. akan memberinya jalan keluar yang terbaik. Benar saja, pada saat-saat genting menghadapi hari H, tanpa disangka-sangka, dia mendapatkan order sebesar 20 juta rupiah untuk satu pekerjaan yang dibayar di muka. Tidak lama dari itu, dia pun diterima bekerja di perusahaan lain dengan gaji yang lebih besar dibanding perusahaan tempatnya bekerja dulu. Fulan pun bisa menyambut hari bahagia dengan senyuman dan kebanggaan karena bisa menikah dengan biaya sendiri.
Teman yang satu ini boleh jadi adalah orang yang didoakan malaikat karena amal saleh yang senantiasa dilakukannya. Mengapa demikian? Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
“Tidak satu hari pun dari pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’.” (HR Bukhari Muslim)
Boleh jadi, karena doa dari malaikat dan doa dari orang-orang yang dibantunyalah Allah Swt. berkenan memberikan kepadanya harta yang berkah. Apa cirinya harta yang berkah itu? Secara nominal mungkin jumlahnya kecil. Akan tetapi, harta tersebut pasti penuh dengan manfaat dan membawa beraneka macam kebaikan. Harta itu telah membawanya mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan lahir batin, menjadikannya mudah taat kepada Allah, membawa manfaat kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, dan memancing datangnya rezeki-rezeki dalam bentuk lain yang nilainya sulit untuk diukur dengan uang.
Fulan adalah sosok manusia yang cerdas dan pebisnis hebat. Betapa tidak, dengan modal dan usaha yang minimal, dia bisa mendapatkan begitu banyak keuntungan maksimal yang berdimensi dunia akhirat. Apa indikatornya? Pertama, Fulan bisa memanfaatkan waktu pagi untuk mendulang keberkahan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mendoakan agar umatnya mendapatkan keberkahan pada waktu pagi.
“Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari.”
Dalam sebuah riwayat juga diceritakan bahwa Rasulullah saw. biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang pada awal pagi. Selain itu juga dikisahkan bahwa Sakhru, seorang pedagang, biasa mengantar kafilah dagangnya pada awal pagi sehingga dia sejahtera dan hartanya bertambah.[1]
Tampaknya, Rasulullah saw. ingin melihat umatnya menjadi manusia-manusia yang gemar beraktivitas dan melakukan aneka kebaikan pada awal waktu. Hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahanlah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktivitas. Salah satunya mengawali hari dengan berinfak di jalan Allah.
Kedua, Fulan bisa memanfaatkan tawaran “bisnis” yang menggiurkan dari Allah Swt., yaitu melalui sedekah. Betapa tidak, dengan bersedekah dia akan mendapatkan balasan yang berlipat-lipat jumlahnya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah, 2: 261)
Tidak hanya itu, dengan sedekah, Allah Swt. pun akan memberi balasan lain yang tidak kalah menggiurkan, yaitu ketenangan hidup, penjagaan Allah, dan keterbebasan dari penyakit-penyakit kejiwaan.[2]
Ketiga, Fulan pun bisa memanfaatkan “ketertarikan” dan “kecintaan” para malaikat yang sangat menyukai orang-orang yang bersedekah pada pagi hari sehingga mereka mendoakannya. Jika malaikat sudah mendoakan kebaikan bagi seseorang, apakah mungkin bagi Allah untuk tidak mengabulkan doa-doanya?
Saudaraku yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla, berkaca dari hal ini, marilah kita galakkan berinfak dan bersedekah pada pagi hari sehingga kita menjadi orang-orang yang mendapatkan keberkahan waktu pagi, mendapatkan laba yang besar dari Allah, dan mendapatkan doa para malaikat untuk kelapangan rezeki kita. Jangan biarkan ada satu pagi pun yang berlalu tanpa bersedekah sebab itu sama saja mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana yang dimintakan malaikat untuk orang-orang yang pelit. Semoga Allah mencatat kita sebagai orang yang cerdas. Amin. r
Source: http://syaamilquran.com/bersedekah-pada-pagi-hari.html
Ketika itu, dia masih berstatus sebagai bujangan. Jadi, gaji sejumlah itu masih cukup untuk menopang kehidupannya selama satu bulan. Bahkan, dengan uang sejumlah itu dia masih bisa menabung, membantu orang tua dan saudara-saudaranya, bahkan memberi pinjaman kepada teman-temannya yang membutuhkan tanpa harus ngirit untuk makan dan membeli kebutuhan pribadinya. Memang, Fulan adalah tipe orang yang berusaha untuk menghindari aneka utang sehingga sebagian besar uang gajinya bisa dibawa pulang. Dia terlihat sangat menikmati hidup, selalu ceria, dan jarang mengeluh, termasuk mengeluhkan penghasilannya. Dapat dikatakan, dia adalah salah seorang teman yang paling bahagia hidupnya. Padahal, kalau dikalkulasikan, kebutuhan bulanan Fulan bisa mencapai 1,5 sampai dua juta rupiah, termasuk untuk membantu orang tuanya.
Dari mana dia mendapatkan uang tambahan? Apakah dia punya kerja sampingan? Ternyata tidak. Jangankan untuk mencari kerja sampingan, untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor saja terkadang dia harus lembur hingga larut malam. Lalu, bagaimana dia bisa memenuhi segala kebutuhannya bahkan bisa memberi? Kepada saya dia mengatakan kalau kuncinya bukan dari kerja sampingan, akan tetapi dari keistikamahannya dalam bersedekah. Setiap pagi setelah shalat Subuh, dia senantiasa mengisi kencleng infak yang ada di kamarnya. “Tidak tentu sih jumlahnya, kadang seribu, kadang dua ribu, kadang pula lima atau sepuluh ribu. Ya minimal seribulah setiap hari,” ujarnya.
Dalam setiap bulan, tidak kurang dari 40-50 ribu berhasil dia kumpulkan dari kencleng tersebut, bahkan jumlahnya pernah mencapai 100 ribu rupiah. Dikemanakan uang hasil kencleng itu? Dia menyedekahkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Jika ada tetangganya sakit, dia akan menengok dan memberikan uang tersebut untuk berobat atau membelikannya makanan. Terkadang dia memberikannya ke masjid, lembaga zakat, atau kepada sanak saudaranya yang tengah kesulitan.
“Ya, saya merasakan efek yang luar biasa dari membiasakan diri bersedekah setiap pagi hari. Ada banyak kemudahan dan kebaikan yang saya dapatkan. Walau gaji bulanan terbilang kecil, alhamdulillah Allah Swt. selalu memberikan kecukupan pada saya. Ada saja rezeki yang tidak disangka-sangka yang datang menghampiri. Yang lebih penting dari itu, harta pun menjadi berkah. Hidup terasa lebih tenang, lebih bahagia, lebih banyak saudara, dan lebih mudah untuk taat kepada Allah Swt.,” ungkap Fulan mantap.
Keistikamahan Fulan untuk bersedekah setiap pagi tidak hanya dilakukan ketika sedang dalam keadaan lapang. Saat sedang sempit pun dia senantiasa menjaga amal andalannya itu walau hanya lima ratus rupiah setiap pagi.
Efeknya luar biasa. Ketika dia harus keluar dari pekerjaan karena terkena PHK, kemudahan dari Allah Swt. senantiasa menghampirinya. Saat hendak menikah, misalnya, dan saat berasamaan berada dalam kondisi jobless dan tidak punya penghasilan, uang yang dimilikinya nol rupiah, dia masih bisa tenang dan yakin bahwa Allah Swt. akan memberinya jalan keluar yang terbaik. Benar saja, pada saat-saat genting menghadapi hari H, tanpa disangka-sangka, dia mendapatkan order sebesar 20 juta rupiah untuk satu pekerjaan yang dibayar di muka. Tidak lama dari itu, dia pun diterima bekerja di perusahaan lain dengan gaji yang lebih besar dibanding perusahaan tempatnya bekerja dulu. Fulan pun bisa menyambut hari bahagia dengan senyuman dan kebanggaan karena bisa menikah dengan biaya sendiri.
Teman yang satu ini boleh jadi adalah orang yang didoakan malaikat karena amal saleh yang senantiasa dilakukannya. Mengapa demikian? Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
“Tidak satu hari pun dari pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’.” (HR Bukhari Muslim)
Boleh jadi, karena doa dari malaikat dan doa dari orang-orang yang dibantunyalah Allah Swt. berkenan memberikan kepadanya harta yang berkah. Apa cirinya harta yang berkah itu? Secara nominal mungkin jumlahnya kecil. Akan tetapi, harta tersebut pasti penuh dengan manfaat dan membawa beraneka macam kebaikan. Harta itu telah membawanya mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan lahir batin, menjadikannya mudah taat kepada Allah, membawa manfaat kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, dan memancing datangnya rezeki-rezeki dalam bentuk lain yang nilainya sulit untuk diukur dengan uang.
Fulan adalah sosok manusia yang cerdas dan pebisnis hebat. Betapa tidak, dengan modal dan usaha yang minimal, dia bisa mendapatkan begitu banyak keuntungan maksimal yang berdimensi dunia akhirat. Apa indikatornya? Pertama, Fulan bisa memanfaatkan waktu pagi untuk mendulang keberkahan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mendoakan agar umatnya mendapatkan keberkahan pada waktu pagi.
“Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari.”
Dalam sebuah riwayat juga diceritakan bahwa Rasulullah saw. biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang pada awal pagi. Selain itu juga dikisahkan bahwa Sakhru, seorang pedagang, biasa mengantar kafilah dagangnya pada awal pagi sehingga dia sejahtera dan hartanya bertambah.[1]
Tampaknya, Rasulullah saw. ingin melihat umatnya menjadi manusia-manusia yang gemar beraktivitas dan melakukan aneka kebaikan pada awal waktu. Hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahanlah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktivitas. Salah satunya mengawali hari dengan berinfak di jalan Allah.
Kedua, Fulan bisa memanfaatkan tawaran “bisnis” yang menggiurkan dari Allah Swt., yaitu melalui sedekah. Betapa tidak, dengan bersedekah dia akan mendapatkan balasan yang berlipat-lipat jumlahnya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah, 2: 261)
Tidak hanya itu, dengan sedekah, Allah Swt. pun akan memberi balasan lain yang tidak kalah menggiurkan, yaitu ketenangan hidup, penjagaan Allah, dan keterbebasan dari penyakit-penyakit kejiwaan.[2]
Ketiga, Fulan pun bisa memanfaatkan “ketertarikan” dan “kecintaan” para malaikat yang sangat menyukai orang-orang yang bersedekah pada pagi hari sehingga mereka mendoakannya. Jika malaikat sudah mendoakan kebaikan bagi seseorang, apakah mungkin bagi Allah untuk tidak mengabulkan doa-doanya?
Saudaraku yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla, berkaca dari hal ini, marilah kita galakkan berinfak dan bersedekah pada pagi hari sehingga kita menjadi orang-orang yang mendapatkan keberkahan waktu pagi, mendapatkan laba yang besar dari Allah, dan mendapatkan doa para malaikat untuk kelapangan rezeki kita. Jangan biarkan ada satu pagi pun yang berlalu tanpa bersedekah sebab itu sama saja mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana yang dimintakan malaikat untuk orang-orang yang pelit. Semoga Allah mencatat kita sebagai orang yang cerdas. Amin. r
“Apa pun yang kalian infakkan
sesuai dengan diperintahkan Allah kepadamu,
niscaya Allah akan mengganti sesuatu itu untukmu sejak di dunia.
Lalu di akhirat, Allah pun akan memberi balasan pahala atasmu.”
— Ibnu Katsir —
Dalam Buku
AGAR PARA MALAIKAT BERDOA UNTUKMU
Penulis :
Sulaiman Abdurrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar