Senin, 06 Agustus 2012

Detik-detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW


Berkata Ibnu Mas’ud: “RasulUllah SAW ketika mendekati ajalnya, beliau mengumpul kan kami semua di rumah Siti ‘Aisyah RA. Kami berkumpul, dan beliau memandang memperhatikan kami semua tanpa kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu beliau baru bersabda:.

WASIAT RASULULLAH:
”Selamat datang untuk kalian semua, mudah-mudahan kalian di belas kasihi oleh اَللّهُ Ta’ala. Saya berwasiat supaya kalian bertaqwa kepada اَللّهُ, taat kepada-Nya, karena sungguh sudah dekat perpisahan di antara kita, telah dekat pula waktunya kembali kepada اَللّهُ Ta'ala yang menempati Surga-Nya. Kalau sudah datang ajalku, maka supaya Ali RA yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. Setelah itu kalian keluar sejenak meninggalkan aku. Pertama kali yang menshalati aku adalah اَللّهُ Azza Wa Jalla, lalu malaikat Jibril, malaikat Israfil, malaikat Mikail, malaikat Izrail beserta pembantu-pembantunya, kemudian dilanjutkan oleh para malaikat semua. Sehabis itu kalian masuklah dengan berkelompok-kelompok, dan lakukan shalat untukku. Mendengar itu, seketika para shahabat menjerit histeris, menangis sambil berkata Wahai RasulUllah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami kalau tuan sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan? RasulUllah SAW bersabda : ‘Sudah aku tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yakni Al Qur’an, dan yang diam saja ialah kematian. Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat mati.” (Al Hadits).

Tapi ketika Abu Bakar RA melihat mihrob masih kosong dengan tidak hadirnya RasulUllah SAW, karena tidak tahan dia langsung menjerit dan pingsan. Spontan ributlah kaum muslimin yang ada, sampai-sampai RasulUllah SAW mendengar ribut-ribut itu.

”Ya Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, dan kenapa disana ribut-ribut?” Fathimah menjawab: ”Keributan itu karena kaum muslimin sendiri, sebab engkau tidak ada.”

Maka saat itu RasulUllah SAW memanggil Ali RA dan Fadlal bin Abbas. Kemudian beliau bersandar (dipapah) keduanya masuk masjid, lalu shalat bersama-sama mereka 2 rakaat fajar pada hari Senin itu. Ba’da shalat kemudian beliau menghadap ke belakang kepada mereka, dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin, kalian itu masih dalam pemeliharaan dan pertolongan
اَللّهُ Ta'ala. Untuk itu bertaqwa-lah kepada اَللّهُ dan taati Dia, sesungguhnya saya ini akan meninggalkan dunia, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia …” Kemudian beliau bangkit dan pulang ke rumahnya. (Hadits masih panjang, dan sampai di sini masih shaheh).

Dari tempat yang ghaib
اَللّهُ memerintah kepada malaikat pencabut nyawa:

”Engkau turunlah menemui kekasih-Ku dalam bentuk yang paling baik. Lakukan dengan cara halus ketika mencabut ruhnya. Kalau dia memberi izin, masuklah. dan kalau tidak diizinkan, jangan masuk dan pulanglah.”

Malaikat mautpun turun dengan rupa seperti orang badui dari gunung. Depan pintu dia berucap:

”Mudah-mudahan keselamatan terlimpah untuk kalian wahai penghuni rumah Kenabian dan rumah sumber Risalah, apakah saya diperbolehkan masuk?” (Sampai di sini hadits masih shaheh).


“Wahai hamba اَللّهُ.” jawab Fathimah. ”Sesungguhnya RasulUllah sedang sibuk karena penderitaan sakitnya.” Tapi malaikat maut itu kemudian mengulangi salamnya (seperti salam yang pertama khusus kepada RasulUllah):



“Mudah-mudahan keselamatan terlimpahkan untuk kamu wahai RasulUllah, dan juga untuk penghuni rumah Kenabian.”

RasulUllah mendengar suara malaikat maut ini kemudian bersabda (kepada Fathimah):

“Wahai Fathimah siapa orang yang ada di pintu?”


“Orang badui Ya Rasul”, jawab Fathimah. “Dia mernanggil-manggil dan sudah aku terangkan bahwa RasulUllah SAW sedang sakit, tapi kemudian dia memanggil ketiga kalinya. Dia memandang tajam padaku sampai gemetar tubuhku, takut hatiku, dan tulang sendiku terasa bergetar seakan-akan satu sama lain mau lepas. Wajahku menjadi pucat.”


RasulUllah SAW bersabda:


”Fathimah, tahukah engkau siapa dia?”


”Tidak tahu”, jawab Fathimah.


Kemudian RasulUllah SAW bersabda:


“Dia itu Malaikat Maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan.” (Hadits Shaheh)

Mendadak Fathimah menangis keras, lalu berkata: “Aduh! Sungguh kelak akan celaka, karena adanya kematian Nabi yang terakhir. Menjadi musibah besar karena wafatnya untuk orang-orang yang bertaqwa. Mereka terputus dari pemimpinnya yang suci, yang juga merupakan penyesalan bagi kami semua sebab sudah berhentinya wahyu dari langit.
Sesungguhnya saya sudah terhalang tak mendengarkan perkataan engkau, juga tidak lagi mendengarkan salam engkau sesudah hari ini.”

SABDA RASUL:
“Tabahkan (hatimu) Fathimah, sebab sesungguhnya hanya engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku.” (Hadits shaheh, dan ada juga mengatakan tidak shaheh).

Lalu RasulUllah SAW bersabda kepada dia ( Malaikat maut )
“Wahai Malaikat Maut, masuklah!”

Malaikat itupun masuk seraya mengucapkan salam: ‘Assalaamu’ alaika, Ya Rasul! RasulUllah SAW menjawab: ‘Waalaikas-sallaam wahai malaikat maut …, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawa?”

”Saya datang untuk berkunjung dan juga mencabut nyawa”, Jawab Malaikat Maut. “Itu kalau tuan mengizinkan, kalau tidak, saya akan kembali pulang.”

”Wahai malaikat maut, di mana engkau meninggalkan malaikat Jibril?”

”Saya tinggalkan di langit dunia.” Jawab Malaikat Maut. ‘Dan para malaikat di sana baru berbelasungkawa terhadap dia.”

Tidak lama kemudian malaikat Jibril turun dan duduk tepat di sisi kepala RasulUllah SAW, RasulUllah SAW bertanya kepada dia:

“Apakah engkau sudah tahu kalau ajalku sudah dekat?”

“Benar, Ya Rasul.” Jawab malaikat Jibril.

“Maka beritakan kepadaku (RasulUllah SAW) akan Kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi
اَللّهُ Ta’ala.”

“Semua pintu-pintu telah terbuka.” Jawab Jibril. “Dan para malaikat sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan bidadari- bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.

Sabda RasulUllah SAW:

“Segala Puji bagi
اَللّهُ wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat.”

”Saya beritahukan …,“ Demikian jawab Jibril. “Bahwa sesungguhnya
اَللّهُ berfirman :

FIRMAN
اَللّهُ:
“Sesungguhnya sudah AKU larang semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan AKU larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)

Sabda RasulUllah SAW:
”Sekarang sudah puas hatiku dan hilang pula kesusahanku.”

”Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.”

Malaikat maut pun mendekati RasulUllah SAW dan mulailah mencabut ruh beliau. Ketika sampai diperut Beliau bersabda:

SABDA RASUL:
“Wahai malaikat Jibril … alangkah pahitnya rasa sakaratul ini…” Tapi Jibril memalingkan wajahnya dari pandangan Nabi SAW. Nabi SAW berkata: ”Jibril … apakah engkau tidak senang melihat wajahku?” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih اَللّهُ … siapa kiranya orang yang sampai hati melihat wajah engkau, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut?.“

Dari Annas bin Malik ia. ia berkata: ”Ketika ruh Nabi SAW sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu …” (Kata Annas ra.) : ”Masih saja beliau, mau mewasiatkan dua perkara ini, sampai perkataannya putus.“ (Hadits Shaheh).

Kata Ali RA.: “Sesungguhnya RasulUllah SAW manakala menjelang ajalnya, kedua bibirnya bergerak-gerak dua kali, kemudian saya mendekatkan telinga, saya mendengar beliau mengucapkan perlahan-lahan, ‘Ummatku… ummatku …’. Maka hilanglah ruh RasulUllah SAW pada hari Senin Rabiul Awwal.

Diriwayatkan ketika Ali RA. membaringkan jasad RasulUllah untuk dimandikan, mendadak ada suara dari salah satu sudut rumah mengatakan: “Jasad Muhammad jangan engkau mandikan, sebab dia sudah suci dan disucikan …“ Karena suara itu ada rasa ragu dalam hati Ali RA. Katanya: “Siapakah engkau sebenarnya?, sebab Nabi SAW itu sudah berwasiat kepadaku agar aku yang memandikan …”.

Dari arah lain tiba-tiba berseru, “Mandikan dia wahai Ali RA, sesungguhnya suara tadi suaranya iblis terkutuk karena dengki terhadap Nabi Muhammad SAW. Dia bermaksud agar beliau masuk ke kuburan tanpa dimandikan.

“Semoga
اَللّهُ membalas kebaikan untukmu, karena engkau memberitahukan bahwa tadi itu suaranya iblis. Lalu engkau siapa?” Suara itu langsung menjawab: “Saya adalah Nabi Khaidir yang ikut hadir dalam janazah Nabi Muhammad SAW.”

Kemudian Ali RA melanjutkan memandikan jasad Nabi Muhammad SAW, sementara Fadlal bin Abbas dan Usman bin Zaid bagian menuangkan (sesuai dengan wasiat Nabi SAW), Jibril pun datang membawa pengawet berupa obat dari surga. Mereka mengkafani dan menguburkan beliau dalam kamar Siti Aisyah pada tengah malam Rabu, ada juga yang mengatakan pada malam Selasa.

Setelah ‘Aisyah RA berdiri dekat kuburan Nabi SAW sambil berkata:
‘Wahai orang yang belum pernah memakai pakaian sutra, belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk; ialah orang yang pergi dari dunia, sementara perutnya belum pernah kenyang oleh roti sekalipun dan gandum yang kasar. Wahai orang yang memilih tidur di atas dedaunan korma dibanding tidur di atas ranjang … wahai orang yang tidak tidur sepanjang malam, hanya karena tukut siksa neraka Syair. Seumpama dunia ini kekal bagi semua orang, pasti RasulUllah SAW pun akan kekal abadi.”



SUBHANALLAH..!!

Source:  http://www.ujiecaprone.com/2012/08/detik-detik-wafatnya-nabi-muhammad-saw.html

 

Sabtu, 04 Agustus 2012

CINTA ATAU HARTA, PILIH MANA ?

Hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Istrinya yang cantik dan shalihah bernama Fauziah binti Abdullah. Suaminya yang tampan bernama Salam bin Sufyan. Semua orang menilai mereka pasangan ideal yang taat beribadah walau keadaan ekonomi mereka biasa saja. Mereka adalah pasangan yang sabar menanti rezeki dan segala hal yang diatur oleh Allah.

Kecantikan Fauziah binti Abdullah sesungguhnya membuat semua lelaki iri kepada Salam bin Sufyan. Salah satunya adalah seorang saudagar kaya yang belum menikah di kota itu, bernama Husein bin Ishak. Husein bin Ishak selalu mengintip ke mana pun Fauziah pergi. Perasaan Husein gundah dan sangat menginginkan Fauziah. Karena tidak kuat menahan gelisah, dia mengatakan hal itu kepada sahabatnya, Ismail bin Sholeh.

“Ya Allah, kau jatuh cinta kepada perempuan bersuami. Apakah tidak ada perempuan lain selain dia?” tanya Ismail terkejut.
“Aku sangat mencintainya. Bahkan aku rela menukar apa pun untuknya,” kata Husein yakin.
Mereka lalu menyusun rencana untuk memisahkan suami istri itu. Ismail mengatakan akan membantu Husein memperistri Fauziah. Ismail mendatangi rumah Fauziah dan Salam.

“Wahai Sahabatku, saudagar kaya bernama Husein bin Ishak ingin bertemu denganmu,” kata Ismail pada Salam.
Salam sangat kaget dengan undangan itu. Bagaimana mungkin seorang saudagar kaya mengundang orang miskin sepertinya. Salam lalu memenuhi undangan Husein dengan hati yang dipenuhi tanda tanya.

Ya… rupanya Husein sangat tau kelemahan orang miskin seperti Salam kendati Salam adalah orang ahli ibadah. Apa boleh buat Husen sudah terlanjur terpana dengan pancaran kecantikan akhlaq dan spiritual Fauziah, bagi dia banyak harta adalah hal yang biasa, tidak ada yang istimewa dari semua harta dan kekayaan yang dimilikinya, namun pancaran cahaya spiritual seorang wanita sholehah baru dia rasakan ada pada diri Fauziah.

Sampailah Salam di kediaman Husein yang sangat indah. Salam merasa undangan dari Husein merupakan penghargaan baginya dan dia merasa bahwa ini bisa menjadi jalan bagi kehidupannya.
“Selamat datang, Sahabatku,” sambut Husein ramah.
Salam menjadi kikuk dengan panggilan sahabat.
“Assalamu’alaikum,” katanya bergetar.
“Wa’alaikumsalam. Anggaplah ini sebagai rumahmu sendiri,” kata Husein. “Aku ingin berbincang denganmu. Itu sebabnya, aku memanggilmu,” lanjut Husein.
“Apa gerangan yang membuat kau memanggilku. Katakanlah, aku akan membantu jika memang kau membutuhkan bantuanku,” jawab Salam.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Husein.
“Aku baik-baik saja, sungguh pun aku dan istriku berada dalam kemiskinan,” Salam berpikir dengan mengatakan hal itu, Husein akan memberian sesuatu padanya.
“Ya, aku tahu mengenai itu. Itulah sebab aku memanggilmu.”
Apa yang dikatakan Husein membuat Salam terperanjat.
“Bagaimana keadaan istri mu?” tanya Husein.
“Istriku? Dia adalah perempuan salihah dan sabar menghadapi ujian ini. Dia tidak pernah mengeluh dan tetap mengabdi kepadaku sebagai suaminya. Selain itu, yang membuatku bangga adalah kecantikannya tidak pernah memudar walau kesulitan melilit kami. Dia selalu merasa bahagia,” jawab Salam bersemangat ketika bercerita mengenai Fauziah.

“Apa yang terjadi jika kalian bercerai?” Husein bertanya tanpa ragu.
“Ah, ada-ada saja. Aku sangat mencintainya dan hanya Allah yang akan memisahkan kami,” jawab Salam.
“Hmmm, maksudku... aku ingin menukar istrimu dengan separuh harta yang kumiliki untukmu,” kata Husein.
“Maksudmu?”
“Sejak lama, aku memendam cinta pada istrimu, bahkan rasa cinta itu membuatku gelisah sepanjang malam. Aku tidak bergairah melakukan apa pun, yang terbayang hanyalah istrimu dan aku ingin melamarnya. Karena itulah aku memanggilmu. Aku ingin berbagi kisah sedih ini denganmu. Apakah perasaanku wajar? Bahkan aku rela menukar apa pun untuk seorang Fauziah,” Husein mengatakan itu dengan agak gemetaran.

Salam tidak mengatakan apa-apa. Pikirannya berkecamuk antara cinta dan harta. Jika dia memilih Fauziah, hidupnya akan tetap miskin. Jika dia melepaskan Fauziah, dalam hitungan detik dia menjadi kaya raya. Apa yang akan dipilihnya.
“Semua keputusan ada di tanganmu,” ujar Husein.
“Berikan aku waktu untuk berpikir,” pinta Salam.

Di tengah perjalanan bisikan nafsu dan syetan bersatu padu menjebol benteng keimanan Salam dan mengaduk-aduk isi otaknya agar Salam sepakat dengan sebuah persepsi bahwa Harta bisa membeli segalanya termasuk mengganti Fauziah dengan wanita lain yang lebih muda, cantik, sexy dan sholehah tentunya, begitulah bisik nafsu Salam.

Lalu pulanglah Salam ke rumahnya. Ditemuinya Fauziah istrinya dan memberitahukan perbincangannya dengan Husein. Fauziah sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Timbul perasaan waswas dalam hatinya. Sampai suatu hari, akhirnya Salam mengambil keputusan untuk menceraikan Fauziah.

“Ya Allah…..Suamiku telah menceraikan aku, Engkau Maha Tau atas diriku, ku serahkan diri ini hanya untuk mengabdi padaMU, hanya KehendakMUlah yang terbaikuntuk aku turut ”, tangis Fauziah dalam doanya.

Selanjutnya, Salam mengatakan kepada Husein bahwa dia sudah menceraikan Fauziah dan dia menuntut janji Husein yang akan memberikan separuh hartanya. Seluruh masyarakat mempergunjingkan hal itu. Semua orang yang mengetahui peristiwa yang dianggap memalukan itu; memilih harta dibandingkan cinta. Ya…Salam menceraikan Fauziah karena harta.

Setelah masa idah Fauziah habis, Husein datang meminang Fauziah. Fauziah mengatakan akan melakukan shalat istikharah sebelum menolak atau menerima pinangan Husein.
“ Ok, Aku setuju untuk menunggu,” kata Husein dengan tegas.

Tibalah hari memberi kabar mengenai jawaban yang diberikan Allah atas shalat istikharah Fauziah. Orangtua Fauziah mengutus salah satu kerabat ke rumah Husein.

“Wahai Sahabatku, jawaban dari Allah untuk pinanganmu adalah menerimamu sebagai suami bagi Fauziah.”

Betapa bahagia hati Husein. Pernikahan diselenggarakan dengan meriah. Husein dan Fauziah hidup berbahagia.

Lain ceritanya dengan Salam, Salam yang telah hidup bergelimang harta rupanya mendengar kebahagiaan mereka. Hatinya terbakar api cemburu. Dia membayangkan mantan istrinya yang cantik, salihah, dan sabar, kini telah menjadi milik orang lain. Kecemburuan itu membuat kesehatannya memburuk. Akhirnya, Salam jatuh sakit. Biaya pengobatan yang besar lambat laun membuat hartanya habis dan dia kembali jatuh miskin.

Sahabat, memang hanya orang yang mampu bersabar saja yang akan mendapatkan kegembiraan dan kebahagiaan pada setiap akhir episode drama kehidupan ini, begitulah Allah sudah kasih kabar kepada kita sebelumnya :

“Dan kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sungguh, kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali), Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah (2) : 155-157).

Rasulullah SAW juga pernah berpesan, “Sungguh, amat mengagumkan keadaan orang beriman itu, karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia mendapat nikmat (kebahagiaan), dia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan bila ditimpah musibah, dia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Wajah Cantik Jelita dan Tampan Rupawan memang salah satu anugerah tersendiri bagi yang ‘merasa’ dirinya cantik atau Tampan, namun sejatinya setiap kita dicipta oleh Allah SWT dengan sebaik-baik ciptaan, walau diantara kita ada yang merasa ‘kurang’ dalam tampilan fisiknya.

Bukankah kita sering menyaksikan banyak orang yang cantik jelita atau tampan perkasa, namun jika kita ketemu dia begitu ‘muak’ nya kita melihatnya, itu karena perilaku dan akhlaknya sangat menyakitkan banyak orang, tetapi tidak sedikit orang yang cantik atau tampannya pas-pasan namun begitu sejuk dipandang dan begitu menenteramkan jika kita berada didekatnya.

Sahabat, sejatinya raga ini hanyalah sebuah BAYANGAN TIGA DIMENSI dari sebuah KESEMPURNAAN yang ada dibaliknya yaitu RUH kita, bayangan itu terpantul dari sebuah cermin yang bernama HATI, Ruh kita membawa sifat-sifat Ketuhanan yang begitu sempurna yang akan dipantulkan melalui CERMIN HATI, apa yang terjadi jika Cermin itu kotor ? ya… kesempurnaan itu tidak akan terlihat jelas pada bayangan itu, sebaliknya jika cermin itu bersih maka bayangan tiga dimensi itu akan terlihat begitu sempurna bahkan mengagumkan bagi setiap mata yang melihatnya, jika mata yang melihat itu juga memiliki Cermin Hati yang bersih.

“ Tidaklah mereka berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengannya mereka dapat memahami, dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam dada yang buta. (QS.Al-Hajj :46 )

Kisah diatas BUKAN UNTUK DIPRAKTEKKAN lho ya, tapi cukup kita ambil pelajarannya, bahwa HARTA bukanlah segala-galanya, Allah SWT sangat-sangat Maha Kaya, Dia memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakiNYA tanpa perhitungan dan tak akan ada seorang yang mampu menolak pemberianNYA, Dia juga sangat-sangat mudah mencabut seluruh harta kekayaan kita dalam sekejap jika Dia menghendakinya dan tak satupun orang yang mampu mencegahnya.

Tidak beda, demikian pula CINTA kita kepada manusia, CINTA bukanlah RASA yang harus diagung-agungkan, karena RASA CINTA akan memudar ketika apa yang kita cintai itu menjauh dari perasaan kita bahkan menghilang dari tatapan dan tangan kita.

Ya ya ya, Hanya HATI yang bersih saja yang akan mampu memancarkan CAHAYA Spiritual RUHIAH kita meresonansi/mempengaruhi hati orang-orang disekitar kita, bahkan pancaran cahayanya akan mengekal hingga raga yang hanya sebuah bayangan tiga dimensi ini menghilang terkubur di kalang tanah.

Berbahagialah kita yang senantiasa menjaga dan membersihkan HATI ini karena ia adalah cermin yang akan memancarkan CAHAYA KESEMPURNAAN Ruhiah yang akan menutupi seluruh CELA yang ada dalam raga ini.

Hanya Suami yang BODOH saja berani tega meninggalkan Istri Sholehahnya terlantar di rumahnya atau bahkan dipinta orang lain dan hanya Istri yang TOLOL saja yang mematikan kesholehan suaminya dengan berbagai macam tuntutan duniawi hingga kinerja hidupnya menjadi TIDAK EFEKTIF.

Bulan RAMADHAN, saat yang TEPAT untuk MENCUCI BERSIH HATI kita dari segala KERAK PENYAKIT HATI, iri, dengki, pemarah, rakus, pelit, egois, sombong, zalim dan tidak adil, jangan biarkan sedetikpun hembusan nafas ini keluar tanpa kalimat ISTIGHFAR (astaghfirullahal ‘adhim), jangan biarkan tangan ini mengayun ‘TANPA MEMBERI’, jangan juga biarkan mata, telinga dan kaki ini liar tanpa kendali. Ini Bulan Suci saatnya kita KEMBALI SUCI kalo tidak kita PASTI RUGI.

bersegeralah memperbanyak Amal Shaleh, ikuti program-program sukses Ramadhan bersama Rumah Yatim Indonesia, info lengkap di http://www.rumah-yatim-indonesia.org/

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH
Rekening Rumah Yatim Indonesia
Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :
131.00.1047101.1 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT
0001.358.656 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
Bank BNI : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
Bank BRI : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indones
Bank bjb : 0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )