Sebaik-baik Manusia adalah Manusia yang Memberi Manfaat (12 Juli 2010)
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Ternyata, derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana diri kita memiliki nilai manfaat bagi orang lain.
Bila kita memiliki ilmu, harta, tetapi kikir tidak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya , dan naluri kita masih naluri pengumpul, bukan pemberi, maka orang tersebut adalah orang yang miskin hatinya. Silakan mencari ilmu yang baik, silakan menjemput rezeki yang banyak, tetapi berusahalah untuk tidak menjadi orang yang jahat, yaitu orang yang mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan pribadi, karena kesuksesan yang hakiki tercermin dari manfaat apa yang dapat kita berikan untuk orang lain.
Kunci dari semua itu adalah ikhlas. Kita tidak usah takut dan ragu, karena sesungguhnya lebih banyak yang kita dapatkan daripada apa yang kita berikan, yang harus kita takutkan adalah kalau kita tidak dapat menyumbangkan apa – apa untuk orang lain . Sekecil apapun yang kita lakukan, bila itu dapat membuat kita bermanfaat , maka lakukanlah . Detik demi detik haruslah kita menabung manfaat, dengan memanfaatkan diri kita untuk turut menyenangkan orang lain.
Jangan pernah merasa bahwa ada yang hilang bila kita bersedekah, karena itu merupakan bagian dari rizki kita untuk berbagi dengan orang lain.
Tauhid -- Modal Utama dalam Hidup (11 Februari 2010)
Rasulullah bersabda bahwa tujuan utamanya diutus di atas muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak yang mulia sesungguhnya adalah efek dari tauhid yang bagus. Tauhid yang membuat seseorang merasa selalu ditatap oleh Allah sehingga sadar bahwa tidak ada yang luput dan lalai dari pengelihatan Allah, selalu merasa didengar oleh Allah sehingga setiap ucapannya terjaga, dan selalu merasa hatinya diketahui oleh Allah sehingga setiap lintasan hati terpelihara dari hal-hal yang tidak disukai Allah.
Orang yang ber-tauhid bagus memiliki banyak ciri-ciri yang dengan mudah terlihat, diantaranya :
• Bersifat ikhlas
Ikhlas merupakan prilaku yang sangat bergantung dengan kekuatan tauhid karena artinya melakukan sesuatu tanpa tujuan lain selain lillahi taala. Artinya orang yang ikhlas pastilah mengenal Allah dengan baik dan tidak bertujuan yang lain selain Tuhannya.
• Tidak licik
Bagaimana bisa seorang yang bertauhid baik bersikap licik pada orang lain jika ia mengetahui bahwa Allah lah yang membolak-balik hati dan mengetahui setiap lintasan hati.
• Tidak dengki
Orang yang memiliki tauhid yang baik tidak mendengki dengan nikmat yang diberikan Allah kepada yang lainnya karena mengetahui Allah maha adil dalam membagikan rezeki dan menetapkan setiap takdir sehingga tidak perlu merasa dengki atau iri pada orang lain.
• Tidak banyak mengeluh
Orang yang bertauhid kuat tidak banyak mengeluh karena mengetahui setiap peristiwa dan episode hidup adalah perbuatan Allah. Yang dilakukan setiap terlibat masalah justru memeriksa tauhidnya, apakah ada sandaran lain selain Allah.
• Tidak mengharap apapun dari manusia
Ciri lain yang penting orang yang kuat tauhidnya adalah selalu hanya mengharap ridha Allah. Orang-orang ini tidak menjilat, cari muka, ataupun cari perhatian pada orang lain karena mengetahui manusia hanyalah syariat namun hakikatnya semua dari Allah.
Bagaimana agar kita menjadi manusia yang bertauhid baik? Ada 3 tips yang bisa kita lakukan :
1) Berniat ingin dekat dengan Allah memulai semuanya dari keinginan yang kuat dari diri sendiri
2) Mencari ilmunya baik dapat lewat guru, kaset, majelis ilmu, dll
3) Mujahadah sungguh-sungguh pada Allah dengan mengamalkan setiap ilmu yang dimiliki.
Mengingat Kembali Keutamaan Shalat -- Oleh-Oleh Terpenting dari Isra Mi’raj (10 Juli 2010)
Hari ini kita memperingati Isra Mi’raj yang merupakan peristiwa ketika Allah memperjalankan hamba-Nya (Rasulullah) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan kemudian ke Sidratul Muntaha dalam 1 malam. Peristiwa ini tentulah bukan bualan bagi orang yang beriman, bahkan merupakan salah satu tonggak sejarah saat diturunkannya perintah shalat yang disampaikan langsung oleh Allah pada Rasulullah.
Shalat memang memiliki nilai-nilai dan keutamaan yang khusus dibandingkan ibadah lainnya. Beberapa keutamaan tersebut adalah :
1) Shalat merupakan tiang agama
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah mengatakan “Shalat itu adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkannya maka sungguh ia menegakkan agamanya, dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia menghancurkan agamanya.”
Dari hadist ini, jelas lah bahwa shalat merupakan pengikat agama yang jika ditinggalkan berarti kita mengurai dan menghancurkan agama kita sendiri.
2) Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab
Diantara semua amal yang nanti akan dihitung saat hari perhitungan, shalat merupakan amalan pertama yang akan dihisab sebelum amal-amal yang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berarti : “Paling awalnya sesuatu dimana seorang hamba akan dihisab adalah shalatnya. Jika didapati shalatnya sempurna, maka shalat dan semua amalnya akan diterima. Dan jika didapati shalatnya kurang, maka shalat dan semua amalnya akan tertolak.”
3) Amalan yang paling terakhir hilang dari muka bumi
Kiamat memang rahasia Allah, namun Rasulullah pernah menyebutkan beberapa tanda-tandanya. Salah satunya adalah dalam hadits Rasulullah riwayat HR. ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Abu Umamah yang menyebutkan “ Sungguh, ikatan Islam akan tercabut unsur demi unsur, setiap kali Islam tercabut satu unsur, maka manusia bergantung pada unsur yang berikutnya. Yang pertama kali tercabut adalah hukum dan yang terakhir adalah shalat.”
Dari hadits ini dapat dilihat bahwa selama masih ada hamba yang mendirikan shalat, maka kiamat belum akan datang karena amalan inilah yang paling akhir akan tercabut dari muka bumi.
4) Wasiat Rasul yang terakhir sebelum beliau wafat
Diriwayatkan, saat Rasulullah mengalami sakaratul maut, sebelum wafat, beliau membisikkan pada Ali bin Abi Thalib yang menyerukan umatnya agar selalu mendirikan shalat. Betapa pentingnya amalan ini hingga di akhir hayatnya pun, Rasulullah mengingatkan kembali agar shalat tidak ditinggalkan.
5) Menjadi jalan untuk mendapatkan ridha Allah
Ridha Allah adalah tujuan hidup setiap orang yang beriman dan shalat merupakan jalan yang diberikan Allah untuk mencapai tujuan/visi hidup tersebut. Dalam Al Quran surat Maryam ayat 55 Allah berfirman yang artinya “Dan dia menyuruh keluarganya untuk mengerjakan shalat dan menunaikan zakat, dan dia seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.”
6) Satu-satunya perintah yang disampaikan langsung oleh Allah pada Rasulullah tanpa perantara
Hampir seluruh perintah Allah disampaikan pada Rasulullah melalui malaikat Jibril yang kemudian disatukan dalam kitab AlQuran. Namun perintah untuk melaksanakan shalat adalah satu-satunya perintah yang tidak disampaikan dengan perantaraan malaikat Jibril melainkan langsung diberikan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW saat beliau melakukan Isra Mi’Raj di tanggal 27 Rajab. Tentunya ini menunjukkan betapa pentingnya nilai ibadah ini diantara amal-amal shaleh yang lain.
7) Amal yang tidak bisa diganti dengan apapun
Jika dalam amalan lain, Allah memberikan keringanan bagi yang meninggalkannya, tidak demikian dengan shalat. Dalam puasa, kita mengenal qadha (mengganti puasa), dalam zakat ada orang-orang yang diperbolehkan tidak mengeluarkan zakat bahkan malah menerima zakat, namun dalam hal ibadah shalat, Allah tidak ada memberikan celah tawar menawar dan mutlak harus dilakukan dalam keadaan apapun. Jika tidak kuat berdiri, boleh duduk, berbaring, bahkan dengan isyarat. Jadi ada perintah yang membolehkan untuk meng-qadha shaum namun tidak ada perintah untuk meng-qadha shalat.
Semoga kita semua semakin semangat menjaga dan menegakkan shalat sehingga mendapatkan setaip keutamaannya, amin.
Tarbiyatul Quran (9 Juli 2010)
Allah SWT mendidik umat manusia melalui Al Quran. Jika kita menempatkan Al Quran sebagai rujukan, maka Allah akan memuliakan kita. Perkataan Umar bin Khattab yang dicatat sejarah dengan tinta emas yaitu: “Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Jika mencari dari selain Islam, maka kita akan dihinakan.”
Sering interaksi dengan Al Quran yang kita lakukan belum mengena karena kita sekedar membaca, menjadikannya rutinitas tanpa kesungguhan. Banyak orang membaca bahkan menghapal tanpa mengerti. Allah menyukai orang-orang yang mengamalkan isi Al Quran meskipun mereka tidak hapal. Rasulullah pun mengingatkan kita bahwa Al Quran dapat menjadi hujjjah bagi kita apabila kita mengamalkannya dan akan menjadi hujjah atas kita apabila kita tidak mengamalkannya.
Saat kita jatuh sakit, kita akan pergi ke dokter dan dengan segera menjalankan perintah dokter untuk meminum obat agar lekas diberi kesembuhan. Hal ini dilakukan karena kita yakin bahwa dokter tahu dan cara menangani penyakit kita. Sementara untuk firman-firman Allah, belum tentu kita akan bersegera seperti ini. Masya Allah.
Mari kita sama-sama yakini bahwa Al Quran adalah undang-undang, petunjuk Allah untuk kebahagiaan yang hakiki. QS. Al Baqoroh ayat 2: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi yang bertakwa.” Ayat ini sungguh menggugah jika kita memaknainya sepenuh hati.
Para sahabat menikmati interaksi dengan Al Quran; tidak tergesa-gesa, membaca sedikit-sedikit, memahami, dan mengamalkannya. Sebelum melakukan ini semua, mereka tidak beranjak ke ayat lain dulu. Bahkan, Umar bin Khattab pernah mengkhususkan dua bulan untuk memaknai dua ayat dari QS. Al Muddatsir, yaitu ayat 8-9: “Apabila ditiup sangkakala,” “maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” Kita tidak boleh ketinggalan, kita bisa mulai dengan membaca satu ayat, memahami dan berupaya mengamalkannya, kemudian meningkat menjadi lima ayat, sepuluh, dan seterusnya.
Allah SWT mengistimewakan orang-orang yang benar interaksinya dengan Al Quran, yang bergetar hatinya ketika melantunkan ayat-ayat suci ini, yang membacanya dengan hati, bukan hanya dengan lisan. Al Quran mendidik manusia untuk menuju kebaikan dunia dan akhirat, menuju kebahagiaan yang sejati, insya Allah.
Makna Keadilan (8 Juli 2010)
“Dan jika kamu memutuskan perkara, maka putuskanlah perkara itu di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (Q.S Al Maidah: 42)
Pengertian adil yang sesungguhnya bukan berarti membagi sama rata, tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil berarti keberanian dalam mengambil keputusan tanpa melibatkan perasaan. Jangan sampai karena kita merasa berhutang budi dengan seseorang membuat kita terperangkap tidak sanggup melihat kesalahan karena tertutup kebaikan. Begitu juga jangan sampai mengambil keputusan berdasarkan rasa kebencian yang bersemayam dalam hati kita.
Al Quran telah menjelaskan keadilan itu lebih dekat kepada takwa. Firman Allah SWT dalam Al Quran disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al Maidah: 8)
Salah satu kunci agar kita dapat menegakkan kebenaran dan keadilan adalah menghilangkan rasa takut pakhluk ciptaan Allah (misalnya karena hutang budi, karena jabatan yang lebih tinggi, harta yang lebih banyak, dan berbagai macam alasan yang membuat takut). Kunci kedua adalah dengan menjauhkan diri dari “cinta dunia”, sebab orang yang cinta dunia tidak akan dapat bersikap adil. Sesungguhnya kesemuanya itu sudah terdapat hukumnya di dalam Al Quran dan Sunah.
Semakin adil seseorang akan semakin dicintai Allah, dan cinta Allah akan mendatangkan, kemuliaan, izzah,dan harga diri. Sesungguhnya keadilan itu akan mendatangkan ketenangan dan akan banyak disukai meskipun terkadang keputusannya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Meneladani Ummul Mu’minin : Maimunah Binti al-Harits (7 Juli 2010)
Maimunah binti al-Harits adalah istri Rasulullah yang sangat mencintai beliau dengan tulus selama hidupnya. Dalam keluarganya, Maimunah termasuk dalam tiga bersaudara yang memeluk Islam. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah, “Al-Mu’minah adalah tiga bersaudara, yaitu Maimunah, Ummu-Fadhal, dan Asma’.”
Maimunah dilahirkan enam tahun sebelum masa kenabian, sehingga dia mengetahui saat-saat orang-orang hijrah ke Madinah. Dia banyak terpengaruh oleh peristiwa hijrah tersebut dan juga banyak dipengaruhi kakak perempuannya, Ummul-Fadhal, yang telah lebih dahulu memeluk Islam, namun dia menyembunyikan keislamannya karena merasa bahwa lingkungannya tidak mendukung.
Dia menikah dengan Ibnu Mas’ud bin Amru bin Ats-Tsaqafi sebelum Islam, namun kemudian bercerai. Setelah itu dia menikah dengan Abu Ruham bin Abdul Uzza, seorang musyrik yang mati dalam keadaan syirik. Akhirnya, Maimunah tinggal bersama saudara perempuannya, Ummul Fadhal, istri Abbas bin Abdul Muththalib.
Suatu ketika, kepada kakaknya, Maimunah menyatakan niat penyerahan dirinya kepada Rasulullah. Ummul-Fadhal menyampaikan berita itu kepada suaminya sehingga Abbas pun mengabarkannya kepada Rasulullah. Rasulullah mengutus seseorang kepada Abbas untuk meminang Maimunah. Betapa gembiranya perasaan Maimunah setelah mengetahui kesediaan Rasulullah menikahi dirinya. Dialah satu-satunya wanita yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya kepada Rasulullah ketika keluarganya hidup dalam kebiasaan jahiliyah. Allah telah menurunkan ayat yang berhubungan dengan dirinya:
“.. dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukminin…” (QS. Al-Ahzab:50)
Pernikahan Maimunah dengan Rasulullah dilaksanakan pada tahun ke-7 hijriah, setelah perjanjian Hudaibiyah dan Rasulullah bersama kaum muslimin memasuki Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah qada.
Keteladanan yang dapat diambil dari beliau adalah:
1. Maimunah memperlakukan istri-istri Rasulullah yang lain dengan baik dan penuh hormat dengan tujuan mendapatkan kerelaan hati beliau semata. Aisyah menggambarkannya sebagai berikut. “Demi Allah, Maimunah adalah wanita yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi di antara kami.”
2. Maimunah dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaannya, dan sikapnya yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Riwayat-riwayat pun menceritakan penguasaan ilmunya yang luas.
3. Maimunah adalah wanita pemberani dan berjiwa patriotik, dia tak segan-segan bersikap keras kepada para pelaku kemaksiatan, meskipun orang itu adalah kerabatnya sendiri. Ibnu Sa’ad menyebutkan, dari Yazid bin Al-Asham, dia berkata, “Pada suatu hari, seorang laki-laki kerabat Maimunah datang kepadanya. Dari laki-laki tersebut tercium bau minuman keras. Lantas Maimunah berkata dalam keadaan marah, “Demi Allah, mengapa engkau tidak keluar ke tengah-tengah kaum muslimin, lantas mereka akan mencambukmu?”
4. Maimunah adalah seorang sahabat wanita yang memiliki kontribusi banyak dalam ranah jihad fi sabilillah. Maimunah ikut membantu mengobati tentara Islam yang terluka, membawa air dan menuangkannya ke mulut para mujahid yang kehausan di medan tempur. Tak hanya itu, dia juga membawakan untuk mereka perbekalan makanan.
5. Setelah Rasulullah SAW wafat tinggallah Maimunah sendirian hingga 50 tahun. Semuanya beliau jalani dgn baik dan takwa serta setia kepada suaminya. Hingga krn kesetiaannya kepada suaminya beliau berpesan agar dimakamkan di tempat dilaksanakannya Walimatul ‘Ursy dgn Rasulullah
Semoga kaum muslimah bisa meneladani kisah hidup dan keutamaan dari Ummul Mu’minin Maimunah tersebut.
Hakikat Kebahagiaan (6 Juli 2010)
Siapa pun kita pasti menginginkan kebahagiaan. Namun sebagian dari kita menganggap kebahagiaan dicapai dengan mengumpulkan harta yang banyak. Jika beberapa orang ditanya apakah dengan kekayaan yang berlimpah, kebahagiaan dapat dicapai? Maka akan banyak orang yang tidak bahagia karena itu. Bahkan kebahagiaan itu tidak dapat diperoleh dengan shahwat semata. Sesungguhnya kebahagiaan datang dari 2 perkara:
1. Perasaan yang aman dengan kondisi kita. Sebaliknya perasaan tidak aman membuat kita takut dan linglung dan kondisi ini sangat jauh dari kebahagiaan.
2. Menghilangkan hal-hal yang tidak membuat kita bahagia. Contohnya adalah kesedihan. Rasa aman yang kita rasakan namun hati kita terus menerus bersedih maka sesungguhnya kebahagiaan masih belum dapat kita rasakan.
Jadi sesungguhnya kebahagiaan datang dari keistiqomahan kita akan aturan Allah SWT.. Dalam Q.S Al-Ahqaf (46) ayat 13 - 14 Allah menegaskan bahwa orang-orang yang istiqomah adalah orang-orang yang tidak pernah takut dan bersedih. Inilah sumber keberkahan yang sebenarnnya. Orang-orang yang mendapat keberkahan selalu mengkaitkan segala sesuatunya dengan Allah. Orang-orang yang telah merasakan kebahagiaan dan ketentraman hati karena selalu istiqomah maka itulah cukup baginya balasan dari Allah SWT.
Selain itu, ridho terhadap apapun yang Allah tentukan juga merupakan sumber kebahagiaan. Oleh karena itu maka kebahagiaan terkait penting dengan keimanan seseorang. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa ada 3 hal seorang manusia itu dapat merasakan lezat dan nikmatnya keimanan:
1. Mencintai Allah dan Rasul Nya melebihi apa pun
2. Mencintai orang lain karena Allah
3. Membenci dan menghindari kekufuran
Ketiga hal inilah buah dari kebahagiaan. Dan rasa syukur seorang muslim atas kebahagiaan yang diperoleh dapat tercermin lewat sholatnya yang khusuk dan menjadikan sholat sebagai istirahatnya seperti yang diteladani oleh Rasulullah SAW.
Amalan yang Terbaik adalah Kebaikan yang Membawa Manfaat (5 Juli 2010)
Sesungguhnya kebaikan disertai kemanfaatan adalah amalan yang paling baik dilakukan seorang manusia. Kebaikan yang dilakukan semasa hidup sebaik-baiknya adalah yang memiliki efek kebaikan jangka panjang. insyaAllah keberkahan akan kebaikan yang dilakukan akan terus mengalir sampai kita meninggal. Pahala akan terus mengalir baik untuk orang yang melakukan kebaikan maupun untuk orang yang meniru kebaikan tersebut.
Sibukanlah diri kita untuk meningkatkan amal sholeh karena sesungguhnya amal sholeh dapat menjadi teman kita pada saat hari perhitungan di akhirat nanti. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW pernah berpesan yang intinya bahwa ada 3 amalan yang menjadi bekalan kita di akhirat, yaitu perbanyak ilmu, doa anak sholeh, dan amal jariyah. Perbanyak ilmu harus disertai dengan pengamalan atas ilmu tersebut. Ketiga amalan tersebut sesungguhnya harus disertai dengan keikhlasan. Untuk itu, maka pada saat yang sama kita harus dapat menjaga diri untuk terus ikhlas. Sesungguhnya 1 desahan nafas adalah 1 langkah menuju kematian, oleh karena itu janganlah kita salah strategi dalam beramal.
Beberapa langkah yang harus kita lakukan dalam hidup kita agar tidak salah strategi, yaitu:
1. Kekuatan niat dalam beramal menjadikannya sebagai sebuah ibadah dan pahala. Sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjinya, oleh karena itu terus perbaharuilah niat kita karena Allah SWT semata.
2. Hendaknya sempurnakanlah ikhtiar dengan memaksimalkan potensi yang kita miliki.
3. Sempurnakanlah urusan kita hanya pada Allah SWT karena sesungguhnya kemampuan kita sangat terbatas. Pasrahkan segalanya hanya pada Allah SWT
Menghindari Kesengsaraan Hidup (4 Juli 2010)
Terdapat 2 kelompok manusia yang hidupnya akan mengalami kesengsaraan. Pertama adalah orang yang memelihara kesyirikan. Orang yang syirik akan sengsara karena dia memilih jalan yang salah. Diibaratkan seperti seorang yang pergi melakukan perjalanan, apabila tidak mengetahui tujuannya dengan jelas maka yang terjadi adalah tersesat, nyasar atau bahkan berputar-putar tanpa kepastian. Ketidakjelasan tujuan akan membawa kita kepada pusaran kesengsaraan. Sebaliknya, seorang muslim yang terbebas dari kesyirikan akan menikmati hidup yang tenang dan bahagia.
Kedua, kelompok yang sengsara adalah orang yang memelihara kemunafikan. Orang munafik adalah mereka yang apabila bicara berdusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberikan amanah berkhianat. Orang munafik selalu bergelut dengan kesengsaraan. Bayangkan saja ketika kita berdusta, tidak pernah bisa hanya sekali. Sekali berdusta, pasti akan diikuti dusta kedua untuk menutupi, dan seterusnya. Itulah orang munafik, hidupnya sengsara karena terus terpenjara dalam kebohongan dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana agar kita tidak terjebak dalam kesengsaraan tersebut. Mari kita ingat Firman Allah dalam QS. Asy-Syam (91) ayat 8-10 sebagai berikut:
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Dari ayat tersebut kita dapati pelajaran kalau kita ingin memilih jalan takwa dan terhindar dengan kesyirikan dan kemunafikan, tidak ada pilihan lain, kecuali kita senantiasa membersihkan hati. Dalam rangka itu, marilah terus secara istiqomah menghadiri majelis ilmu, memperkaya diri kita dengan ilmu manajemen hati. Marilah terus tanpa henti mengingati kesalahan diri dengan terus bertobat dan beristighfar, setiap saat, setiap hari. Dan, marilah kita terus meninjau tujuan hidup kita, lalu pastikan tujuan akhiratlah yang kita tuju, bukan dunia yang fana ini ...
Tips Mendapat Hidayah dan Petunjuk Allah (3 Juli 2010)
Memasuki akhir bulan Rajab yang artinya semakin mendekati Bulan Ramadhan tentu kita harus semakin giat mencari cara dalam mendapatkan hidayah dan petunjuk Allah SWT. Dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 183-188 dibahas hal-hal yang terkait dengan Shaum di Bulan Ramadhan dari mulai perintah untuk melakukannya, siapa saja yang wajib melaksanakan, apa saja yang mebatalkan, sampai dengan keringanan-keringanan yang ditetapkan oleh Allah. Sebenarnya jika diperhatikan, ada 1 ayat dalam rangkaian ayat-ayat tersebut yang tidak terkait secara langsung dengan Shaum Ramadhan namun lebih secara langsung bicara tentang hidayah dan petunjuk Allah secara umum. Ayat yang dimaksud adalah ayat 186 yang artinya :
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
Ayat ini dapat di¬-breakdown menjadi beberapa hal yang dapat menjadi tips bagaimanakah cara mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah SWT ; yaitu :
1) Bertanya
Hal pertama yang menjadi cara untuk mendapatkan petunjuk adalah BERTANYA. Sederhana karena bertanya merupakan obat dari kebodohan dan ketidaktahuan. Oleh karena itu, bertanya harus dilakukan pada orang yang berpengetahuan. Jika dalam ayat di atas, disebutkan bertanya pada Rasulullah, maka di zaman sekarang (ketika Rasulullah sudah tidak ada bersama kita) bertanya dapat kita lakukan pada :
- Peninggalan Rasulullah
Yang dimaksud peninggalan Rasulullah adalah Kitab AlQuran dan Sunah Rasul (Hadist) yang
merupakan 2 perkara yang jika kita berpegang teguh pada keduanya maka tidak akan tersesat. Jadi
kalau kita ada yang tidak tahu tentang sesuatu, langkah pertama bukalah AlQuran dan Hadist.
- Pewaris Rasulullah
Yang dimaksud pewaris Rasulullah adalah para ulama dengan kapasitas keilmuan yang baik. Sehingga
mengikuti majelis-majelis taklim adalah salah satu cara yang bijak dalam mencari petunjuk Allah.
2) Bergabung dengan kelompok hamba-hamba Allah
Agar mendapatkan petunjuk Allah, kita juga harus tergabung dalam kelompok hamba-hamba Allah. Bagaimana kriterianya?? AlQuran surat AlFurqan ayat 63 sampai ayat terakhir (77) menceritakan banyak tentang ciri-ciri orang yang menjadi hamba-hamba Allah. Ciri-cirinya antara lain : rendah hati, senang membalas kejahatan dengan sesuatu yang baik, rajin melakukan shalat di malam hari (qiyamul lail), takut pada neraka, dll.
Jadi jika kita ngin mendapatkan petunjuk Allah, kita harus berusaha agar kita dapat digolongkan sebagai hamba-hamba-Nya dengan melakukan hal-hal yang dicirikan dalam Surat AlFurqan tersebut.
3) Berdoa
Doa adalah perbuatan seorang hamba meminta kepada Allah agar Allah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Berdoa menunjukkan penghambaan dan pengharapan kepada Allah sehingga sangat krusial dan penting. Ayat ini diletakkan di antara ayat-ayat yang membahas Shaum Ramadhan juga memberi isyarat betapa besar artinya untuk berdoa terutama di bulan Ramadhan.
4) Bersikap responsif dalam melakukan perintah Allah
Maksudnya untuk mendapatkan petunjuk, kita harus sungguh-sungguh dalam melakukan setiap perintah Allah dan bersikap responsif dengan cara tidak lalai/sembrono.
5) Beriman kepada Allah
Yang terakhir namun menjadi paling penting, jika kita menginginkan petunjuk Allah, hendaknya didasari dengan keimanan yang tebal sebab keimanan tersebut merupakan modal dasar sebuah amal shaleh. Amal shaleh yang dilakukan tanpa dasar keimanan diibaratkan debu yang berterbangan dengan sia-sia.
Demikian isyarat-isyarat yang disampaikan Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 186, semoga kita tergolong dalam hamba-hambaNya yang selalu diberi hidayah dan petunjuk, Amiin.
Tantangan Kepemimpinan (2 Juli 2010)
Dalam kehidupan ini, seringkali perilaku kita mempengaruhi orang lain. Pengaruh tersebut bisa jadi dalam arah positif, bisa juga dalam arah negatif. Mari kita lihat beberapa contoh kasus sebagai berikut:
Ada seseorang menunjukkan informasi tempat kemaksiatan, walaupun hanya berkata "tuh" yang menunjukkan arah tempat tersebut. Jika orang yang ditunjukkan tersebut melakukan kemaksiatan yang dimaksud, maka orang yang menunjukkan "tuh" tadi juga akan menanggung dosanya .. Naudzubillah ...
Ada seorang direktur perusahaan. Setiap hari memberikan motivasi dan juga contoh melakukan shalat. Karyawan-karyawan kemudian tergerak untuk disiplin dalam shalatnya. Maka pahala dan kebaikan pun dipastikan akan juga mengalir pada sang direktur ... Subhanallah ..
Itulah tantangan kepemimpinan kita. Apakah kita akan menjadi "trigger" kebaikan atau sebaliknya malah jadi pemicu kemaksiatan?? Mari kita melihat diri kita dan peran kita sehari-hari sebagai orang tua, apakah kita memberikan keteladanan baik atau contoh keburukan. Atau kita yang sehari-hari sebagai guru, apakah kita melahirkan murid-murid yang akan berlomba dalam kebaikan. Atau peran kita sebagai mubaligh, jangan-jangan hanya pandai berbicara tetapi kosong dalam keteladanan ...
Yang Paling Berbahaya: Keburukan Diri Sendiri (1 Juli 2010)
Seringkali fokus diri ini tidak sesuai pada tempatnya, seharusnya kita fokus memikirkan keburukan diri sendiri bukan fokus memikirkan keburukan orang lain. Sering memikirkan perilaku orang lain, tetapi tidak memikirkan perilaku sendiri. Tidak akan terancam bahaya apabila orang menghina kita, karena semua nikmat datangnya dari Allah, semua karunia datangnya dari Allah, tidak akan ada yang bisa menghalangi takdir Allah. Maka apa perlunya kita sakit hati dengan orang lain.
Sesungguhnya yang paling berbahaya adalah keburukan diri sendiri. Sebab keburukan diri dapat menghanguskan pahala, seperti api membakar kayu. Tidak perlu kita meragukan pahala yang diberikan Allah, tidak perlu kita memikirkan pahala itu, tetapi sibukkan diri untuk memikirkan apa yang akan merusak pahala kita, apa yang akan menimbulkan dosa. Karena dosa itu yang akan terus mengejar kita.
Apabila kita memang dalam posisi yang benar maka Allah akan menanamkan ketenangan (sakinah) dalam hati. Sering merasa perbuatan kita dikarenakan bisikan setan, dan kita menyalahkan setan atas perbuatan tercela tersebut, pada dasarnya setan hanya membisikkan saja dan akan berbahaya apabila kita mengikuti bisikan tersebut.
Pentingnya Kewajiban Shalat (30 Juni 2010)
Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan rajab ini adalah Isra' Mi'raj, peristiwa ini sebagai momentum bagi umat Islam, karena pada peristiwa tersebut Rasulullah secara langsung diperintahkan Allah untuk melaksanakan kewajiban shalat lima waktu. Oleh karena itu mengapa shalat menjadi kewajiban bagi umat Islam sampai sekarang.
Shalat sebagai wasiat Rasulullah yang terakhir yang merupakan alat untuk membentengi diri dan sebagai alat pertahanan diri. Maka kalau kita tidak shalat apa yang dapat menjadi pertahanan diri kita?. Dengan shalat akan menjadikan hati menjadi tenang, dan shalat sebagai cahaya hati. Allah telah memperintahkan shalat, dan suatu hari nanti Allah akan meminta pertanggungjawaban pada kita. Tentunya Allah akan memprioritaskan hak kita apabila kita juga mau memprioritaskan hak Allah. Sehingga Allah akan meneguhkan hati kita, seperti firman Allah dalam ayat berikut:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." QS. Muhammad (47) : 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar