Rabu, 02 Juni 2010

Indahnya Ibadah Haji

Rangkuman Pengajian Qolbun

Salim Masjid Agung Al-Azhar 9 April 2001



Indahnya Ibadah Haji



Bismillahirrahmaanirrahiim

Empat puluh empat hari berada di tanah suci bukanlah hal yang remeh. Banyak orang yang takut meninggalkan urusannya, karena takut urusannya itu menjadi berantakan. Padahal kita mati juga tidak akan merubah dunia ini. Betapa pentingnya kita hijrah karena sebetulnya masalah di kantor kita, di rumah tangga kita bukan masalah dari luar tapi pada diri kita sendiri.

Kita butuh jeda, kita butuh berhenti. Kita butuh melihat siapa diri kita. Itulah yang disunnahkan Rasulullah dalam itikafnya. Kalau kita sudah membersihkan diri, mengetahui siapa diri kita, mulai punya program perbaikan maka kita kembali kerumah, kita kembali ke tempat kerja dengan keadaan kita yang lebih baik. Insya Allah perkataan kita akan lebih arif didalam memimpin rapat, hasilnya ide akan muncul, gagasan makin cemerlang, suasana makin produktif dan akan menjadi maslahat bagi kita semua.

Kalau kita sebagai ayah, pulang haji dan kita berhasil memperbaiki diri makin bijaksana, maka anak-anak menemukan figur dirumah, makin kondusif untuk perbaikan. Jadi betapa pentingnya haji, selain untuk ibadah juga sebagai sarana perbaikan diri. Bagi saudara-saudara yang sibuk bekerja tanpa punya waktu untuk menilai dirinya, itu sama saja artinya dengan punya pisau dipakai sembelih terus menerus dan akhirnya tumpul.

Nah saudara-saudaraku sekalian... Kalau punya waktu, cari yang panjang tapi dengan program yang jelas. Tiap hari belajar karena kemabruran itu tergantung ilmu. Banyak orang yang pergi umroh/haji tapi tidak dengan ilmu. Ilmu itu penting, oleh karena itu kalau nanti haji apakah niat kita pergi haji?

Ada haji malu, maksudnya karena temannya sudah berangkat semua, dia belum. Ada haji status, yang ingin mencantumkan gelar didepan namanya. Itu niat gelar. Ada juga haji untuk


maksiat, yang ingin dianggap sholeh. Dia cari status haji untuk menginginkan sesuatu dari hajinya. Dan yang paling buruk haji untuk menyembunyikan kemaksiatan.

Lalu apa niat haji kita? menyempurnakan kewajiban kita, rukun Islam kelima. Kita ingin mati dengan sempurnanya kewajiban kita. Perkara pahala, perkara ampunan, perkara sorga itu urusan Allah.

Mulai sekarang berniatlah menabung untuk pergi haji. Berangkat atau tidak itu urusan Allah. Jika batal berangkat, siapa tahu Allah akan menyiapkan ilmu yang lebih banyak, menebalkan iman atau mungkin ada urusan dirumah yang lebih penting. Jangan malu tidak jadi berangkat. Masa kita kecewa atas perbuatan Allah.

Hati-hatilah kalau haji jangan merasa kita paling bisa atau paling sholeh. Dan biasakan mengalah. Tidak akan ketinggalan dengan mengalah. Memperbanyak musuh itu capek, memperbanyak saudara itu yang nikmat. Bahkan bila ada orang yang berbuat jelek, balas kejelekan itu dengan berbuat baik. Sebab membalas dengan otot atau kekerasan jarang dapat meluluhkan hati.

Haji yang mabrur itu adalah haji yang paling lemah lembut. Di Mekah, thawaf, sai kalau tidak hati-hati, kurang ilmu jadi takut ketinggalan dan tidak khusyu. Jadi hikmah yang paling penting dari haji ini diantaranya ialah bagaimana kita merasa bersaudara dengan yang lain. Ini ternyata luar biasa bisa menahan diri dari kedengkian atau kemarahan.

Apalagi haji itu jelas undangan Allah, jelas sama-sama umat Islam. Bagaimana mungkin kita membenci hanya karena perkara yang remeh. Yang pasti jaminan kita datangnya dari Allah. Allah Maha Tahu apa kebutuhan kita dibanding kita sendiri. Setiap kita melakukan apapun harus jelas manfaatnya.

Saudara-saudaraku sekalian... Bonus dari kajian kali ini adalah menikmati bersaudara satu sama lain. Minimalisir perasaan kebencian, mudah-mudahan akan terpancar sifat rahmatan lil'alamin pada diri kita.

Walhamdulillahirobbil'alamiin. (Aa Gym)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar