Rabu, 28 Juli 2010

MQ Pagi Notes 4

Belajar dari Ketakwaan Fatimah Az-zahra (4 Agustus 2010)

Fatimah Az-Zahra adalah putri Rasulullah SAW yang lahir di Kota Mekkah pada saat pembangunan Ka’bah. Fatimah Az-Zahra memiliki nasab yang sangat baik. Ayahnya adalah Muhammad SAW, seorang guru dan dermawan yang terbaik bagi umat manusia. Ibunya adalah Ummul mukminin Khadijah R.A., yaitu istri Rasulullah yang merupakan salah satu dari empat wanita penghuni surga yang paling mulia. Suaminya adalah Ali bin Abi Thalib yang tingkat kesholehannya sudah tidak diragukan lagi. Dan pamannya adalah singa Allah yaitu Hamzah R.A.

Dapat kita perhatikan bahwa Fatimah Az-Zahra dikelilingi oleh orang-orang yang punya kualitas keimanan dan kesholehan yang sangat baik. Fatimah Az-Zahra sangat mengetahui dan mengikuti masa-masa berat dakwah Rasulullah SAW di Mekkah. Sejak kecil, Fatimah Az-Zahra sudah merasakan pedihnya dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW, betapa kaum quraisy begitu menolak dakwah Rasulullah sehingga segala bentuk gangguan kepada Rasulullah dilakukan oleh kaum Quraisy. Kondisi inilah yang menjadikan Fatimah sabar dan tegar menghadapinya. Fatimah Az-Zahra tumbuh menjadi remaja yang sholehah meskipun mengalami penderitaan yang sangat gelap dan Fatimah Az-Zahra selalu mendampingi ayahnya yaitu Rasulullah SAW dalam menghadapi ujian ini.

Fatimah Az-Zahra juga diberi gelar sebagai Ummu Abbisah, karena kemampuannya menggantikan posisi ibunya, Khadijah R.A, yang telah meninggal dunia. Posisi Khadijah R.A dalam rumah tangga sangat baik dilakukan oleh Fatimah Az-Zahra. Pada tahun kedua Hijriah, pada saat setelah perang Badar, Ali bin Abi Thalib meminang Fatimah Az-Zahra, tidak ada penolakan dari Fatimah Az-Zahra karena sudah sangat tahu dengan kesholehan yang dimiliki oleh calon suaminya.

Pernikahan Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib adalah pernikahan yang berokah walaupun kehidupannya penuh dengan keterbatasan. Kehidupan mereka adalah kehidupan manusia biasa dimana ada pertengkaran di dalamnya. Namun, semua itu tidak terlepas dari kebahagiaan yang mereka alami yaitu dengan lahirnya empat orang anak, yaitu Hasan, Husein, Zaenab dan Ummu Kultsum. Dua anak lelaki yaitu hasan dan husein merupakan cucu yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW.

Begitulah kehidupan seorang Fatimah Az-Zahra yang hidup dengan ketakwaan, pengorbanan dan perjuangan. Fatimah Az-Zahra adalah salah satu wanita penghuni surga yang paling mulia selain Khadijah, Maryam, dan Aisyah R.A. Selain terkenal karena kemurahan hatinya, Fatimah Az-Zahra termasuk perempuan yang sukses dalam mendidik anak-anaknya contohnya hasan dan husein yang menjadi pemuda-pemuda pemberani.


MENCARI RIDHA ALLAH DALAM SETIAP ASPEK KEHIDUPAN (3 AGUSTUS 2010)

Semoga Allah yang maha menguasai segala sesuatu memberikan keselarasan antara mulut, hati dan sikap kita dalam setiap lini kehidupan. Karena salah satu cirri kemunafikan adalah tidak sesuainya mulut, hati dan sikap seseorang. Orang yang tauhidnya bagus tidak hanya baik dalam hal ibadah saja, atau hanya dalam cerita lewat mulut saja tapi juga tercermin secara komprehensif dalam kehidupan sehari-hari.

Sering kali terucap dari mulut kita bahwa kita berada di dunia ini tidak lain untuk mencari ridha allah. Sesungguhnya ridha Allah terdapat pada hal-hal yang disukai Allah, termasuk diantaranya hal-hal yang tidak secara langsung berhubungan dengan ibadah ritual. Contohnya Allah menyukai kebersihan, menyenangi kerapihan, ketepatan waktu dan banyak lainnya.

Seorang yang rajin beribadah akan selaras jika dalam kesehariannya memiliki kebersihan dan kerapihan. Bagaimana mungkin kita meng-claim sedang mencari ridha allah jika kita shalat dengan pakaian shalat yang kotor dan bau. Kebersihan bukan hanya menyangkut lingkungan atau tempat tinggal, tapi juga termasuk didalamnya kebersihan diri. Mandi teratur 2x sehari apabila diniatkan untuk mencari ridha allah berupa kebersihan diri juga dapat menjadi ibadah tanpa kita sadari. Apabila seorang rajin beribadah tapi tempat shalatnya kotor, kamarnya berantakan, bajunya bau pastilah ada sesuatu yang tidak benar dalam dirinya. Paling tidak dia masih berpikir bahwa beribadah hanya berupa ibadah ritual padahal tidak demikian adanya.

Demikian pula dengan ketepatan waktu. Sering kali dalam prosesi sebuah acara, orang-orang yang datang tepat waktu dihukum demi kesalahan orang – orang yang datang terlambat dengan diminta menunggu mereka yang datang terlambat. Padahal sejatinya seharusnya kita menghargai orang yang datang tepat waktu karena merekalah yang mendapatkan ridha allah karena Allah menyukai keteraturan dan ketepatan waktu. Bukankah dalam hal beribadah ritual juga kita dituntun untuk selalu menghargai waktu, shalat dianjurkan untuk tepat pada waktunya, berbuka puasa juga diminta untuk disegerakan tanpa banyak menunda.

Memang benar urusan kedisiplinan ini memiliki standard yang berbeda-beda tiap individu namun kita harus bertekad untuk meningkatkan terus standard kedisiplinan kita demi mengejar ridha allah dalam kehidupan sehari-hari.


Menjadi Ulil Albab yang Senantiasa Mengingat Allah (2 Agustus 2010)

Dalam Q.S Ali-Imran (3) ayat 190-191, Allah SWT mengingatkan bahwa “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):` Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Dalam pandangan Al Qur’an, kecerdasan seseorang tidak diukur dari kecepatan dalam memecahkan masalah atau menemukan solusi. Ulil albab menurut pandangan Al Qur’an adalah orang-orang yang senantiasa ingat kepada Allah dalam segala kondisi. Segala makhluk maupun kejadian di bumi akan mengingatkannya kepada Allah dan akan menambah keimanannya. Bahkan melihat ikan di akuarium pun akan menggetarkan hatinya, karena ingat akan kebesaran Allah.

Setidaknya ada 4 hal yang membuat kita harus mengingat Allah dalam setiap kondisi:
a. Semuanya karena izin Allah
Apapun bentuk nikmat maupun musibah yang menimpa seseorang, semuanya terjadi karena izin Allah. Bergabung jin dan manusia untuk mencelakakan seseorang, tidak akan bisa jika Allah tidak izinkan.

b. Semuanya milik Allah
Tubuh kita ini milik Allah. Gigi yang tumbuh kemudian berhenti tumbuh itu milik Allah. Allah yang menciptakan dan Allah pula yang memilikinya. Obat yang kita minum ketika kita sakit adalah amal sholeh atas ikhtiar kita, karena sesungguhnya kesembuhan juga milik Allah.

c. Semuanya dalam kekuasaan Allah
Burung yang terbang dikuasai oleh Allah. Nyamuk yang menemani manusia juga dikuasai Allah. Allah yang menetapkan siapa yang akan digigit oleh nyamuk. Tetesan air hujan adalah Allah yang meneteskan. Dan tidak ada selembar daun pun yang jatuh di kegelapan malam kecuali Allah yang menguasainya. Tidak ada yang luput dari penguasaan Allah, mulai dari zat terkecil hingga yang paling besar di dunia ini.
Innallaha ma’a kulli syai’in kodir

d. Semuanya akan kembali kepada Allah
Semua yang ada di dunia ini akan kembali kepada Allah dan segala sesuatu akan ada hitungannya. Tidak ada satupun kejahatan yang lepas dari hitungan Allah. Orang yang mencuri sesungguhnya dia mencuri milik Allah dan pasti akan ada balasannya. Koruptor yang hingga ajal menjemputnya tidak tertangkap di dunia juga pasti mendapatkan balasannya di sisi Allah.

Wallahu’alam bi showwab


Tergantung dan Yakin Hanya pada Allah (1 Agustus 2010)

Allah berfirman dalam AlQuran Surat Yunus ayat 107 yang artinya : ”Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu pada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya dan Dia la Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini secara gamblang mengungkapkan bahwa Allah lah penentu, penguasa, dan pemilik segala-galanya termasuk kejadian karunia ataupun musibah. Sebagai hamba, seharusnya kita memiliki rasa ketergantungan yang tidak pada siapa-siapa kecuali pada Allah sang penguasa kejadian. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sebab semua sudah tercatat di lauhul mahfudz baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.

Orang yang yakin pada Allah setidaknya memiliki 2 ciri, yang Pertama, SELALU MENYEMPURNAKAN IKHTIAR. Jadi orang yang yakin pada Allah justru akan menyempurnakan setiap usahanya sebelum berserah dan ikhlas atas apapun kehendak Allah karena setiap ikhtiar akan dicatat tanpa perlu kita hitung-hitung. Pertolongan yang dihadirkan Allah pun belum tentu seperti yang kita bayangkan dan bisa datang dari mana saja. Contohnya Siti Hajar ketika ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah di suatu tempat yang tandus tanpa penghuni. Walaupun yakin itu semua adalah ketetapan Allah, Siti Hajar tetap berusaha mendapatkan air untuk bayinya Ismail dengan berlari 7x dari Shafa-Marwah. Inilah yang disebut menyempurnakan ikhtiar. Ketika pertolongan Allah hadir berupa air zam-zam yang ternyata letaknya tidak di Shafa ataupun Marwah tidak lagi menjadi soal karena setiap ikhtiar yang dilakukan oleh Siti Hajar sudah tercatat di sisi Allah dan pertolongan itu nyata bagi ibu dan anak tersebut.

Ciri kedua orang yang yakin pada Allah adalah SENANTIASA MINTA TOLONG PADA ALLAH DIMANAPUN DAN DALAM KESEMPATAN APAPUN. Orang yang yakin pada Allah, tidak akan cengeng, merengek, memelas, dan berharap pada makhluk. Dengan selalu meminta tolong pada Allah, ia yakin, Allah lah yang akan menggerakkan hati makhluk yang diinginkannya. Dengan menjadi orang yang disukai oleh Allah, Allah lah yang kemudian akan menanamkan cinta di hati makhluknya yang lain untuk menyukai dan menolong kita.

Mari kita menjadi orang yang selalu yakin dan bergantung hanya pada Allah. Hasbunallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaah wa ni’mannashiir.

KEKUATAN YANG SEBENARNYA DALAM HIDUP (31 JULI 2010)

Tidak ada kejadian yang terjadi di alam ini tanpa ijin dari Allah. Bergabung jin dan manusia menginginkan keburukan dan musibah terjadi atas diri kita tidak akan sampai terjadi jika Allah tidak menghendakinya. Garis hidup, garis pekerjaan, sudah ditetapkan dan harus dijalani dengan ikhlas oleh manusia.

Sesuai dengan episode hidup yang harus dijalani, saat muda biasanya manusia dibekali dengan keadaan fisik yang prima. Namun keadaan tubuh yang kuat tidak akan hakiki karena seiring perjalanan waktu tubuh kita akan rapuh dan akhirnya akan menjadi tua. Jika kita hanya menggantungkan diri pada kekuatan tubuh maka hancurlah hidup kita saat kekuatan tubuh kita diambil oleh pemiliknya yaitu Allah SWT. Namun tidak demikian jika kita membekali diri dengan terus menambah kekuatan yang sebenarnya yang dapat diusahakan oleh tiap pribadi manusia.

Apakah kekuatan yang sebenarnya dalam hidup?? Yaitu kekuatan hati yang teguh dan percaya serta yakin terhadap Allah. Jika kita memiliki keyakinan tanpa syarat pada Allah maka menjalani episode demi episode hidup akan terasa ringan saja. Dengan sadar bahwa Allah lah pemilik tubuh ini maka apapun yang dikehendaki allah terjadi atas tubuh ini akan kita terima dengan ringan hati tanpa beban. Diberikan tubuh tegap laksana tentara, atau diberi ujian sakit, lumpuh, atau merasakan tubuh renta termakan usia tidak akan membuat kita merasa berbeda dari yang lain karena yakin Allah mengijinkan segala takdir dan Allah maha mengetahui apa yang terbaik bagi mahluk-Nya.


Persiapan Spesial untuk Menyambut Jamuan Allah yang Spesial (30 Juli 2010)

Tinggal beberapa hari Allah akan menjamu dan menganugerahkan hamba-Nya sebuah bulan yang mulia, bulan dimana penuh ampunan dan diskon pahala besar-besar, yaitu bulan ramadhan. Maka jangan sampai kita menyia-nyiakan moment special dari Allah yang hanya datang setahun sekali dengan melewatkannya begitu saja. Jangan sampai rutinitas kita di bulan ramadhan tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Perlu sebuah evaluasi apa kesalahan kita di ramdhan tahun sebelumnya, sehingga di tahun ini ada perbaikan dan peningkatan kualitas diri untuk memanfaatkan bulan yang penuh dengan jamuan Allah.

Manusia yang angkuh adalah manusia yang tidak menghargai kemurahan yang Allah berikan di bulan ramadhan. Manusia yang sombong adalah manusia yang melewati ramdhan tidak dengan bersungguh-sungguh hati. Manusia yang congkak adalah manusia yang cuek saja menyambut bulan penuh rahmat ini.

Ramadhan telah diberikan oleh Allah untuk kita, Allah yang Maha Baik menginginkan kita menjadi manusia yang mulia dan selamat di dunia akhirta. Oleh karena itu Allah memberikan jamuan terbaik-Nya di bulan ramadhan. Oleh karena itu betapa sombongnya manusia yang tidak menghargai jamuan Allah tersebut dengan cara mengacuhkan dan tidak memanfaatkan moment terbaik ini.

Seharusnya untuk menyambut jamuan Allah, hari demi hari persiapan diri semakin matang, agar kualitas ramadhan kita semakin bertambah waktu semakin meningkat. Untuk dapat meningkatkan kualitas ramadhan secara maksimal kita perlu menetapkan goal-nya, apa target kita di bulan ramadhan. Seperti di dalam Alqur’an sudah jelas tujuannya, yaitu agar kita menjadi manusia yang takwa. Setelah kita mengawali dengan menetapkan goal, selanjutnya membuat program potensi dan kelemahan diri selama ramadhan, atau dengan kata lain mengevaluasi kelebihan dan kekurangan kita. Kemudian tetapkan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki kekurangan kita dan meningkatkan potensi yang dimiliki.

Jadi, intinya perlakukan jamuan Allah secara spesial. Seperti ketika kita akan mendapat jamuan special dari kepala negara atau orang yang terkenal, pasti kita merasa moment tersebut adalah moment yang spesial sehingga dibutuhkan persiapan yang special pula. Begitu halnya dengan menyambut ramadhan dibutuhkan persiapann yang spesial juga. Waktu yang tidak berapa lagi ini, mari dimanfaatkan untuk membuat “Program Peningkatan Kualitas”. Untuk 10 hari terakhir di bulan ramadhan mari kita siapkan sejak sekarang, sehingga pada saatnya nanti di 10 hari terkahir kita sudah terlepas dari urusan duniawi, sudah tenang, dan sudah 100% siap. Mudah-midahan jika disapkan dari sekarang pada saatnya nanti kita menjadi lebih sangat siap.

Detik demi detik kita harus menjadi yang berbeda, semakin baik dan semakin matang persiapannya, karena detik demi demi di ramadhan juga berbeda, mari kita rancang program kebaikan sejak sekarang. Mungkin saja ini menjadi ramdhan terkahir dalam hidup kita.

Tiada yang Luput dari Pengawasan Allah (29 Juli 2010)

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Q.S Yusuf 10:61).

Dari firman Allah tersebut diatas jelas tecermin bahwa Allah Maha Melihat, tidak ada satupun yang luput dari penglihatan-Nya. Demi Allah, setiap gerak, langkah, ucap, dan lintasan hati serta pikiran Allah mengetahui semuanya tanpa ada satupun yang luput. Malaikat hanya bertugas mencatat, sedangkan Allah yang lebih mengetahui isi hati. Tidak ada kejadian yang kebetulan sekecil apapun. Maka, jangan merasa aman berbuat dosa, Allah PASTI melihat. Kalaupun kita mau berbohong, pada dasarnya bukan kita yang pandai berbohong, hanya saja Allah masih menutupi aib. Bisa kapan saja Allah membuka aib jika Dia sudah berkehendak.

Sesungguhnya tidak ada yang hilang dalam pengawasan Allah. Ketika kita merasa kehilangan sesuatu (misalnya: dompet, uang, Hp, Laptop, dsb), itu hanya versi kita saja, karena sebenarnya kita tidak tahu tempatnya ada dimana. Mengapa Allah menguji kita dengan rasa kehilangan, marilah masing-masing diri di cek dosa apa yang telah diperbuat. Siapa tahu musibah itu diundang oleh kesalahan/dosa kita.


Agungnya Ramadhan dan Berbagai Manfaat Puasa (28 Juli 2010)

Kita sebagai umat Islam sepatutnya bergembira dan sematang mungkin mempersiapkan diri menyambut Ramadhan. Puasa merupakan ibadah yang khusus, seperti termaktub dalam salah satu hadist qudsi, yaitu yang didapatkan Rasulullah SAW langsung dari Allah SWT; “Tiap-tiap amalan hamba Allah langsung kembali kepada dirinya, kecuali shaum.” Puasa adalah ibadah yang khusus ditujukan bagi Sang Khalik, maka nilai puasa akan sesuai dengan kualitas puasa yang dilakukan kita sebagai hamba-Nya.


Puasa akan menjadi perisai bagi orang yang berpuasa dengan hati yang bersih dan ikhlas, serta cara yang benar. Puasa akan mempersempit aliran darah yang menjadi jalan masuk setan ke dalam diri kita. Selain itu, puasa merupakan solusi yang diberikan bagi orang-orang yang belum memiliki kesanggupan dan kelapangan untuk menikah agar terhindar dari hal-hal buruk. Q.S Al Baqarah : 183 menyebut salah satu makna berpuasa, yaitu untuk membentuk pribadi yang takwa. Perlulah kita ingat kembali bahwa ketakwaan adalah derajat tertinggi seorang manusia di mata Allah.

Bagi hamba-hamba-Nya yang sholeh, hari-hari di bulan Ramadhan akan berlalu dengan sangat cepat. Kita seharusnya merasa khawatir jika ‘hanya’ berpuasa dan tidak menjadikan puasa itu sebagai wasilah (media) pengampun dosa-dosa kita yang telah lampau. Puasa bukan sekedar tidak makan dan minum, tetapi anggota tubuh kita juga harus dijaga dari hal-hal yang makruh dan munkar. Hendaknya kita juga menjadi pribadi yang dermawan dalam membantu orang lain karena berpuasa membuat kita merasakan perihnya saudara-saudara kita saat menahan lapar dan haus.

Bagi siapapun yang memiliki kebimbangan ataupun kegelisahan mengenai hal tertentu, bulan Ramadhan dapat dijadikan momen untuk lebih menggiatkan interaksi dengan Al Quran yang memiliki nama lain; Al Furqon (Pembeda) agar mendapat petunjuk yang mana hal yang benar dan yang bathil sehingga memberikan pencerahan mengenai jalan yang harus diambil.

Untuk mereka yang biasa menjalankan ibadah puasa, baik yang wajib saat Ramadhan maupun yang sunah, Allah menyediakan pintu khusus memasuki surgaNya kelak, yaitu pintu Al-Rayyan.

Jangan sampai ada seorang muslim yang tidak menjalankan ibadah puasa tanpa alasan yang syar’i karena jika meninggalkan puasa karena alasan yang dibuat-buat, sesungguhnya tidak akan tergantikan meskipun diqada di lain waktu. Bahkan untuk mereka yang mendapat keringanan seperti sedang dalam perjalanan, wanita hamil dan menyusui, dan lain-lain pun lebih baik untuk berpuasa. Dengan segala keagungan bulan Ramadhan dan manfaat puasa yang patut untuk kita kejar, mari lakukan persiapan seoptimal mungkin agar puasa kita nanti disenangi dan diterima oleh Allah SWT. Amin, insya Allah.


Jelang RAMADHAN dengan Mengevaluasi Kemampuan Kita Menahan Marah (27 Juli 2010)

Salah satu yang dilatih melalui puasa adalah tingkat kesabaran manusia, termasuk di dalamnya ketahanan kita menguasai rasa marah. Sesungguhnya marah adalah ketidaksiapan kita menerima situasi yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Dan menjelang bulan suci ramadhan ini dapat menjadi momentum bagi diri kita masing-masing untuk memperhatikan kualitas ‘sumbu’ kita masing-masing.

Suatu ketika diriwayatkan Rasulullah sedang duduk bersama Abu bakar lalu datang seseorang menghampiri dan menghina beliau, Rasulullah tenang saja demikian pula dengan Abu Bakar. Namun karena dilakukan terus menerus Abu Bakar tersulut emosinya dan berdiri bersiap untuk membalas orang yang menghina Rasul. Pada saat Abu Bakar bangkit Rasul juga bangkit tapi kemudian pergi meninggalkan kedua orang yang tersulut emosi tersebut. Abu Bakar kemudian mengejar Rasul dan bertanya, “mengapa engkau meninggalkan aku pada saat aku akan membela engkau ya rasul?” dan Rasul pun menjawab “ Sebab ketika kau duduk dan bersabar, kau dikelilingi oleh malaikat, tapi ketika kau berdiri seluruh malaikat itu pergi dan kau dikelilingi oleh syaitan”.

Secara fisik memang sebenarnya dapat terlihat bahwa orang yang sedang marah sangat dikuasai oleh syaitan. Dari profil wajah akan terlihat wajah memerah, mata membesar, napas menderu, gerakan badan tidak terkendali bahkan kadang disertai dengan tindakan merusak. Pilihan kata-kata pun saat marah menjadi tidak karuan, biasanya kata-katanya jauh dari kemuliaan sama sekali. Jika berbicara dari segi kesehatan jelas marah sangat tidak baik, tensi darah akan naik dan, saraf tertekan, asam lambung meningkat dan lain sebagainya.

Tentu menderita sekali jika menjadi orang yang mudah tersinggung, dan hidup akan terasa lebih mudah apabila kita mudah legawa memaafkan keadaan dan orang yang membuat kita kurang nyaman, serta meningkatkan kadar ketarahanan kita dalam menahan marah. Ramadhan dapat menjadi sarana meningkatkan kesabaran dan dapat kita mulai dari sekarang setengah bulan sebelumnya agar kita dapat menjadi pribadi dengan tingkat kesabaran yang lebih baik dari sebelumnya.

Ada baiknya kita berkaca pada anak kecil yang amat sangat mudah memaafkan, jarang tersinggung dan tidak pernah menyimpan dendam. Mengapa demikian mudah bagi anak kecil melakukannya?? Karena mereka berhati bersih, jadi apabila kita juga ingin menjadi pribadi yang tidak mudah marah dan mudah memaafkan, langkah pertama adalah berusaha sekuat tenaga membersihkan hati dari dosa-dosa. Berikut adalah sebuah cerita yang menggambarkan betapa kita dapat belajar dari seorang anak, semoga bermanfaat.

Kuantar kau tidur malam ini, seperti biasa bersama kita ucapkan doa sebelum tidur sambil tanganmu melingkar di leherku, kau tersenyum...Matamu menatapku, bening dan bahagia...

Sudah kau lupakan sedihmu tadi pagi saat aku marah karena kau tidak turuti perintahku...
Kulontarkan anak panah tajam kata-kata, mengkritikmu.....Berapa banyak Nak, yang menancap di hatimu sehingga ia berdarah?

Tak kau kesal padaku juga.....Padahal tadi siang aku menatapmu dengan panasnya amarah....
Hanya karena masalah sepele, yang bahkan akupun tahu kau tak bermaksud melakukannya....
Berapa banyak benih cinta dalam ladang hatimu yang hangus karena tatapanku, Nak?
Tak pernah kau jera untuk mencintaiku....Sementara tadi sore kau tertunduk saat aku tuding kau...sebab kurasa kau tak perhatikan kata-kataku...Tembuskah tombak telunjukku menusuk dalam jantungmu...Nak??

Masih tetap kau cari aku untuk memelukmu....Sesudah saat makan malam tadi aku menghukummu karena tak kau habiskan makananmu yang kubilang dibeli ayahmu dengan susah payah....Menyusutkah rasa sayang dalam kantong jiwamu karenanya,Nak?

Malam ini, kutemani kau tidur seperti biasa..Bersama kita ucapkan doa sebelum tidur...sambil tanganmu melingkar di leherku, kau tersenyum....Matamu yang mengantuk menatapku, bening dan bahagia....

Airmataku meleleh saat kau terpejam dengan senyummu masih dibibir dan tanganmu masih memeluk leherku...Aku mohon maafmu,Nak.. Ajari aku untuk mencintaimu seperti kau mencintaiku....


Mengobrol: Salah Satu Jalan Dosa (26 Juli 2010)

Selalu ada jalan/penyebab terjadinya suatu dosa. Bentuk taubat yang perlu dilakukan termasuk menyesali perbuatan kita, meminta ampun kepada Allah, serta mengevaluasi dosa yang telah kita perbuat. Evaluasi ini penting dilakukan agar kita dapat menutup jalan dosa tersebut.

Salah satu sumber dosa adalah mengobrol. Jika tidak hati-hati, mengobrol dapat mengantar pada riya’ akan ilmu, harta, pengalaman dan lain-lain, bisa membuat kita ujub ketika merasa lebih dari orang yang kita ajak bicara, ataupun sifat-sifat lainnya seperti dengki, ghibah, bahkan mengarah ke sumber fitnah. Hal ini merusak nilai pahala kita. Na’udzubillahi min dzalik.

Maka, sangat perlu bagi kita untuk memahami tauhid.
Q.S. Mujadillah : 7 yang artinya “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Nanti pada hari kiamat pun Dia akan mengungkap semua yang telah kita perbuat.

Jauh lebih baik dianggap pendiam, bodoh, ataupun kuper oleh manusia lain daripada dimurkai Allah karena omongan-omongan kita. Pun jauh lebih baik lebih sedikit berbicara tetapi yang dikatakan berkualitas serta sinkron antara lisan, hati, dan sikap. Kita tidak perlu risau dengan perkataan orang lain terhadap kita. Yang berbahaya sesungguhnya adalah ketika kita ghibah terhadap orang lain, menghina orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, bukan sebaliknya.

Berbicara adalah perkara keridhoan dan kemurkaan Allah. Kita benar-benar harus menjaga mulut kita, berpikir sebelum, saat, dan setelah kita berucap. Jangan sampai hal ‘ringan’ seperti mengobrol mengikis amalan kita yang memang hanya sedikit. Orang-orang yang terjaga lisannya niscaya adalah orang-orang yang dekat kepada surga.


Alur Taubat yang Sungguh-Sungguh (25 Juli 2010)

Tidak ada manusia yang bersih dari dosa. Dosa merupakan pengkhianatan atas perintah Allah sehingga bukan sesuatu yang bisa kita banggakan. Namun sebesar apapun dosa, ada yang lebih besar lagi yaitu ampunan Allah yang dapat dicapai melalui taubat yang sungguh-sungguh. Hari-hari kita terdiri dari masa lalu, hari ini, dan masa yang akan datang. Hari-hari yang telah lalu pastilah banyak terisi oleh dosa, khilaf, kesalahan, bahkan kegelapan. Namun kita harus selalu tetap bersikap raja’ (berharap) atas ampunan Allah dan menghindari sikap suudzan padaNya.

Taubat arti katanya kembali, dengan esensi terbesar PENYESALAN atas dosa yang telah dilakukan. Semakin dalam rasa penyesalan kita maka semakin berkualitas pula taubat yang kita lakukan. Karena kita tidak akan menyesal jika tidak merasa bersalah sehingga kadar penyesalan itu menjadi ukuran seberapa besar kita merasa bersalah. Orang yang “bertaubat” tanpa merasa bersalah ibarat membersihkan karat hanya dengan mengusapnya dan bukan menggosoknya. Bisa jadi karat itu malah akan bertambah banyak.

Setelah menyesal dengan dalam dan sungguh-sungguh, alur taubat yang berikutnya adalah mengevaluasi jalur-jalur dosa. Melalui tafakur, kita dapat mengidentifikasi penyebab dosa-dosa yang kita perbuat. Taubat yang lengkap tidak cukup dengan istighfar, apalagi yang hanya di mulut, namun perlu dilengkapi tafakur atas celah-celah diri. Tahap terakhir dari sebuah taubat adalah mengambil tindakan perbaikan atas penyebab dosa yang telah diidentifikasi.

Jadi alur taubat sungguh-sungguh dimulai dari penyesalan yang mendalam atas dosa dan kesalahan, dilanjutkan tafakur atas jalur dan struktur penyebab dosa tersebut, ditutup dengan tindakan perbaikan atas penyebab-penyebab dosa. Sesungguhnya inilah bentuk taubat yang sebenarnya karena dapat menghindarkan diri sendiri dan orang lain terperosok dalam kesalahan dan dosa yang sama. Allah menjanjikan orang yang banyak bertaubat dengan sungguh-sungguh akan dinyamankan hatinya, dibimbing jalan keluar atas masalah-masalahnya, dan diberi pertolongan atau rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.

Semoga kita tergolong dalam kelompok orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh....


Berfungsi Sebagai Insan yang Sesuai MIsinya (24 Juli 2010)

Kita diciptakan oleh Allah dengan misi-misi yg jelas.. Yang pertama adalah sebagai HAMBA ALLAH. Artinya, semua yang kita lakukan adalah sebagai pengabdian seorang hamba pada pencipta, pemilik, dan penguasa dirinya yaitu Allah. Dengan misi ini, sudah selayaknya semua hal dilakukan dengan niat yang lurus dan cara yang benar sehingga menjadi amal shaleh. Amal shaleh ini lah yang kemudian akan menjadi bekal kita pulang padaNya. Jadi kita harus yakin segala lelah, letih, dan ikhtiar kita ditujukan dengan niat mengabdi pada Allah sehingga terhitung menjadi amal shaleh.

Misi yang kedua adalah sebagai KHALIFAH DI ATAS MUKA BUMI. Caranya adalah dengan berkarya yang manfaat sebanyak mungkin sesuai dengan bidang kita masing-masing. Jadi dimulai dengan niat yg lurus, cara yang benar, dan hasil yang manfaat. Sudah sepatutnya kita tidak lagi menilai kesuksesan dengan melulu ukuran duniawi namun dengan ukuran kemanfaatan yg dihasilkan.

Seorang profesional dalam Islam memiliki 2 ciri dalam menjemput rezekinya yaitu : SENANTIASA MENJAGA NILAI-NILAI KELUHURAN seperti jujur, tidak mengambil hak org lain, tidak dzalim, dll agar terjaga harga dirinya. Orang yang mencari rezekinya dengan cara yang tidak baik mungkin mendapatkan uang/barang yang berharga namun sejatinya dia kehilangan nilai dirinya sendiri.

Sedangkan ciri yang kedua adalah BERORIENTASI DISTRIBUSI. Profesional muslim yang tangguh akan selalu berpikir tentang menyalurkan setelah mendapatkan hasil atas pekerjaannya. Karena yang menentukan nilai atas sebuah hasil pekerjaan adalah kemanfaatannya. Jika masih menjadi milik, kita baru berperan sebagai penunggu, namun jika sudah menjadi manfaat bg orang lain sesungguhnya itulah rezeki kita.

Wallahualam Bishawab


Syukur Nikmat Atas Setiap Kejadian (23 Juli 2010)

Berbahagialah bagi orang-orang yang pandai bersyukur atas setiap kejadian. Hidup tidak pernah lepas dari ujian dan sesungguhnya penderitaan datang karena tidak mengenal Allah dengan baik. Jika hati telah mengenal Allah maka musibah yang dirasakan menjadi syukur nikmat. Nikmat yang besar sesungguhnya adalah ketika tersingkapnya hati untuk mengenal Allah.

Dalam Q.S Al-Baqarah (2) ayat 155 bahwa sesungguhnya hanya pada orang-orang yang sabar maka musibah dianggap sesuatu yang baik karena hatinya yakin kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT memiliki segala sesuatunya, maka Allah akan berbuat apa saja yang dikehendakinya.

Rasulullah berpesan dalam HR Bukhari: “Tidak satu musibahpun yang menimpa seorang Muslim, seperti penyakit, kesulitan, kesusahan atau kegelisahan, sampai tertusuk duri, melainkan Allah menghapus kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” Dalam hadist tersebut, sering kita tidak tersadar bahwa segala himpitan sesungguhnya adalah penghapus dosa dan kedekatan dengan Allah lah yang dapat membuat kita tenang dalam menghadapi semua kesulitan.

Tertekannya kita akan suatu masalah sebetulnya bukan karena masalahnya namun bagaimana kita menyikapi masalah tersebut. semoga kita dapat memahami pola derita yang kita alami. Sesungguhnya kebahagiaan bukan datang dari harta, kedudukan melainkan datang dari Allah SWT. Orang yang yakin kepada Allah, maka ia tidak akan sedih terhadap ujian yang dihadapinya. Inilah prioritas hidup kita. Makin ridho terhadap takdir Allah maka semakin ringan kita menjalani hidup ini. Sikapilah setiap kejadian dengan yakin kepada Allah karena inilah sumber kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar